Ungkapan ‘Balaslah Air Susu Walau Diberi Air Tuba’ tidak semata-mata tertuju pada pengorbanan seorang hamba Allah dalam bentuk partisipasi perjuangan. Setiap hamba Allah yang bertakwa kerap sulit memisahkan diri dari pengorbanan dan perjuangan. Bahkan, pengorbanan tersebut telah menjadi identitas seorang mujahid.
Namun, ada dunia lain dalam kehidupan sehari-hari yang juga membutuhkan pengorbanan, meski tak banyak disadari oleh sebagian orang. Latihan dasar dalam kehidupan ini mungkin tidak selalu tampak jelas, namun keberadaannya tetap ada. Seperti ketika kebencian justru dibalas dengan kebaikan. Yusuf Al-Qardhawi, seorang ulama Mesir, pernah mengibaratkan sifat ini dengan pohon buah: meski dilempari batu, pohon tetap membalasnya dengan buah matang dan lezat. Seolah-olah pohon itu berkata, “Biarlah kalian menyakiti saya, saya tetap akan membalas dengan kebaikan.”
Teladan Rasulullah SAW
Contoh paling agung dari sikap ini adalah ketika pasukan Islam di bawah pimpinan Rasulullah SAW berhasil menaklukkan Kota Makkah tanpa perlawanan berarti. Para pembesar Makkah yang dulu pernah menganiaya Rasulullah dan para sahabat merasa cemas akan nasib mereka. Mereka teringat bagaimana mereka pernah menghina, menyakiti, bahkan membunuh kaum muslimin.
Namun, di luar dugaan, Rasulullah SAW tidak membalas dendam. Beliau justru memaafkan mereka dan memberikan penghormatan, bahkan kepada Abu Sufyan, tokoh Makkah. Tindakan ini tidak hanya menunjukkan kebesaran jiwa, tetapi juga kekuatan iman yang luar biasa.
Tidak mudah mengolah amarah menjadi maaf, apalagi ditambah dengan pemberian kebaikan. Terkadang, ketika berada dalam posisi kuat, seseorang cenderung membalas dendam. Namun, Rasulullah SAW memberikan teladan sebaliknya. Beliau mengajarkan bahwa kekuasaan bukanlah alat untuk membalas dendam, melainkan kesempatan untuk menebarkan kasih sayang.
Ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil dari teladan ini. Pertama, segala cacian dan hinaan yang diterima merupakan ujian Allah SWT. Ujian ini menjadi alat untuk menempa kedewasaan dan kematangan jiwa. Kedua, hati yang bersih akan semakin terjaga jika keburukan dihadapi dengan sabar dan ikhlas. Ketiga, dalam setiap keburukan terdapat pelajaran berharga. Rasa sabar dalam menghadapi kebencian akan mendewasakan jiwa.
Kekuatan iman memberikan arah ketika hidup dihadapkan pada pilihan sulit. Memberi ketika diminta dan membalas keburukan dengan kebaikan adalah tanda hati yang bersinar oleh iman. Marilah kita teladani akhlak Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari dengan berusaha membalas keburukan dengan kebaikan, meskipun sulit. Dengan begitu, kita tidak hanya menguatkan diri sendiri, tetapi juga menyebarkan kedamaian kepada sesama.
Oleh: Bedjo Widodo
______________________________________
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan MURIANETWORK.COM terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi MURIANETWORK.COM akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Artikel Terkait
Video Devita Tengger 1 Menit 50 Detik Gegerkan Medsos hingga Muncul Trend 0,5 di TikTok
Pakistan Tembak Jatuh Jet Tempur Rafale India, Indonesia Tetap Beli 42 Unit Senilai Rp133,9 Triliun?
Bela Gaza, Pemilik Es Krim Ben & Jerry’s Ditangkap
Megawati Singgung Soal Ijazah Palsu, Roy Suryo: Tambah Lagi Orang Waras di Indonesia