Di sisi lain, Kementerian Kesehatan sebenarnya sudah menganjurkan skrining kesehatan jiwa setahun sekali. Tujuannya jelas: mencegah kondisi bertambah parah.
Untuk para lansia, skrining serupa juga bisa diakses lewat posyandu di banyak kelurahan. Mereka biasanya menggunakan instrumen SKILAS. Jika ditemukan gejala, lansia tersebut bisa dirujuk ke Puskesmas untuk penanganan lebih lanjut.
Sebelumnya, Yunita Arihandayani dari Kemenkes mengungkap data yang cukup detail. Dalam seminar daring bertema 'Merawat Kesehatan Mental Ibu sebagai Pilar Ketahanan Keluarga', dia menyebut angka gangguan depresi di Jakarta sedikit lebih tinggi dari rata-rata nasional.
"Terkait data gangguan depresi, rata-rata nasional 1,4 persen, DKI Jakarta sedikit lebih tinggi, 1,5 persen," kata Yunita, Sabtu (22/11/2025).
Dia juga mengimbau warga Jakarta lainnya untuk segera mengikuti Program CKG, termasuk mengisi skrining kesehatan jiwanya. Langkah ini diharap bisa menangkap lebih banyak lagi orang yang membutuhkan pertolongan, sebelum semuanya terlambat.
Artikel Terkait
Job Fair Jadi Penyelamat, Pengangguran Jakarta Merosot ke 6,05%
Tingkat Pengangguran Jakarta Menyusut, Job Fair dan Inklusi Disabilitas Jadi Andalan
Skrining Jiwa di Ibu Kota: 3% Warga Jakarta Berisiko Alami Depresi
Gus Yahya Bantah Terima Surat Permintaan Mundur dari PBNU