Di sisi lain, ada masalah yang mungkin lebih pelik lagi: literasi masyarakat. Banyak yang cuma lihat duit cepat, tanpa paham risiko di belakangnya. "Literasi masyarakat kita yang masih rendah," tegas Dahnial. Alasan klasiknya, ke bank ribet, persyaratan banyak, proses lama. Atau, kadang sekadar buat gaya hidup dan ikut-ikutan tren—istilah kerennya, biar nggak ketinggalan atau FOMO.
Kombinasi antara kemudahan membuat platform dan akses digital yang semakin gampang, menurut Dahnial, menjadikan pinjol ilegal sebagai salah satu tantangan terberat di era digitalisasi. Tapi, kenapa di negara lain fenomena ini nggak sebanyak di Indonesia? "Itu tadi, literasi masyarakatnya lebih tinggi dari kita," jelasnya. Di sana, pangsa pasar pinjol relatif kecil.
Sementara di Indonesia, justru karena literasi yang masih rendah, pangsa pasarnya malah besar. Pelaku melihatnya sebagai peluang emas. "Wah, peluang nih untuk beroperasional di Indonesia," kira-kira begitu lah gambaran yang diberikan Dahnial. Mereka melihat ada lahan subur, dan sayangnya, itu masih terbukti benar.
Artikel Terkait
Washington Batal Boikot, AS Putar Haluan Ikuti KTT G20 di Johannesburg
Awan Panas Semeru Lukai Tiga Warga, Kondisih Korban Masih Dipantau Ketat
Kebakaran Picu Evakuasi Dadakan di Tengah KTT Iklim COP30 Brasil
Kobaran Api Kacaukan Konferensi Iklim COP30 di Brasil