Konferensi Asia Afrika 1955: Sejarah, Dampak Besar, dan Warisan untuk Global South

- Selasa, 18 November 2025 | 22:05 WIB
Konferensi Asia Afrika 1955: Sejarah, Dampak Besar, dan Warisan untuk Global South

Konferensi Asia Afrika 1955: Titik Balik Sejarah dan Dampaknya bagi Dunia

Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955 merupakan sebuah momen bersejarah yang mengubah peta politik global. Sebagai jawaban atas ketegangan Perang Dingin, KAA menampilkan suara kolektif dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang baru merdeka untuk bersikap mandiri dan tidak terikat pada blok ideologi manapun.

Lahirnya Kekuatan Ketiga dari Bandung

Konferensi Asia Afrika bukan sekadar pertemuan diplomatik biasa. Peristiwa ini adalah sebuah deklarasi politik yang mengangkat martabat negara-negara baru, dari yang sebelumnya dianggap sebagai objek menjadi subjek yang aktif dalam percaturan dunia. Hasil terpenting dari KAA adalah lahirnya Dasa Sila Bandung, sepuluh prinsip yang menolak kolonialisme, imperialisme, dan campur tangan asing. Prinsip-prinsip inilah yang kemudian menjadi fondasi kokoh bagi berdirinya Gerakan Non-Blok.

Gerakan Non-Blok secara resmi berdiri pada 1961 di Beograd, dipelopori oleh para pemimpin visioner seperti Soekarno dari Indonesia, Jawaharlal Nehru dari India, dan Gamal Abdul Nasser dari Mesir. GNB dapat dilihat sebagai bentuk kelembagaan dari semangat dan prinsip-prinsip yang telah digaungkan dalam Konferensi Asia Afrika.

Mengubah Peta Kekuatan Global

Dampak Konferensi Asia Afrika terhadap geopolitik dunia sangatlah mendalam. Keberadaan "Kekuatan Ketiga" yang non-blok ini merevisi tatanan global dengan beberapa cara:


Halaman:

Komentar