Konferensi Asia Afrika 1955: Sejarah, Dampak Besar, dan Warisan untuk Global South

- Selasa, 18 November 2025 | 22:05 WIB
Konferensi Asia Afrika 1955: Sejarah, Dampak Besar, dan Warisan untuk Global South

Akselerasi Dekolonisasi: KAA berperan sebagai pengeras suara yang mendorong percepatan proses dekolonisasi dan kemerdekaan bagi banyak negara di Asia dan Afrika, memberikan dukungan moral dan politik yang sangat besar.

Pelebaran Arena Perang Dingin: Kehadiran blok non-blok memaksa Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk memperluas pengaruhnya, mengubah dinamika bipolar menjadi permainan tiga kutub yang lebih kompleks. Negara-negara Non-Blok mampu memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan keuntungan tanpa harus terikat secara ideologis.

Reformasi Tata Kelola Global: Kekuatan ketiga ini mendesak adanya reformasi dalam lembaga-lembaga internasional seperti PBB, menjadi penggerak utama dalam resolusi-resolusi anti-kolonial dan mendukung hak setiap bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri.

Pengaruh KAA di Tingkat Regional dan Warisannya Masa Kini

Pengaruh Konferensi Asia Afrika juga terasa kuat di tingkat regional. Di Asia, KAA berhasil memecahkan isolasi diplomatik beberapa negara dan memperkuat identitas politik bersama. Sementara di Afrika, semangat Bandung menjadi katalisator bagi percepatan kemerdekaan dan pembentukan Organisasi Kesatuan Afrika.

Hingga kini, warisan Konferensi Asia Afrika tetap relevan. Dalam era polarisasi baru seperti persaingan AS-China, prinsip-prinsip Dasa Sila Bandung—khususnya penghormatan terhadap kedaulatan dan penolakan terhadap hegemoni—kembali menemukan momentumnya bagi negara-negara Global South. KAA telah mewariskan sebuah identitas politik kolektif dan membuktikan bahwa solidaritas serta prinsip moral dapat menjadi kekuatan yang tangguh dalam hubungan internasional.


Halaman:

Komentar