Bahasa Indonesia Resmi di UNESCO: Sejarah Baru Dimulai dengan Pidato Perdana Abdul Muti

- Selasa, 04 November 2025 | 14:18 WIB
Bahasa Indonesia Resmi di UNESCO: Sejarah Baru Dimulai dengan Pidato Perdana Abdul Muti

Bahasa Indonesia Resmi Jadi Bahasa UNESCO, Pidato Perdana Abdul Mu'ti Sejarah Baru

Mendikdasmen Abdul Mu'ti membuka pidato dengan bahasa Inggris untuk menyampaikan apresiasi atas penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ke-10 Sidang Umum UNESCO. Pidato bersejarah ini disampaikan di Samarkand, Uzbekistan, menandai momen penting diplomasi Indonesia di kancah global.

Bahasa Indonesia: Jembatan Persatuan dan Pemahaman Global

Dalam pidatonya, Abdul Mu'ti menegaskan peran strategis bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa. "Bahasa Indonesia telah lama berfungsi sebagai jembatan persatuan di seluruh kepulauan kami yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, 700 bahasa lokal, dan 1.300 kelompok etnis," ujarnya. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah ini juga menekankan bahwa bahasa Indonesia kini menjadi jembatan pemahaman antar negara.

Pidato Bahasa Indonesia Pertama di Forum UNESCO

Setelah pembukaan dalam bahasa Inggris, Mu'ti melanjutkan pidato menggunakan bahasa Indonesia - menjadi pidato perdana dalam bahasa Indonesia di Sidang Umum UNESCO. Dalam bagian ini, ia menyerukan penguatan peran UNESCO sebagai penuntun moral dan perdamaian dunia di tengah tantangan global.

Dukungan untuk Kolaborasi Global UNESCO

Mu'ti menyampaikan dukungan penuh untuk memperkuat UNESCO sebagai ruang kolaborasi global yang berlandaskan saling percaya, belajar, dan menghormati. "Mari kita pastikan bahwa pendidikan menerangi, saling memberdayakan, kebudayaan menyatukan, dan informasi memerdekakan manusia," pesannya di akhir pidato.

Status Resmi Bahasa Indonesia di PBB

Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi UNESCO mengikuti keputusan Sidang Umum PBB melalui Resolusi 42 C/28 yang disepakati pada 20 November 2023. Status ini memperkuat posisi bahasa Indonesia dalam percaturan internasional dan membuka akses lebih luas untuk diplomasi budaya Indonesia.

Komentar