Bahaya Halloween & Budaya Sekuler: Manifesto Dakwah Islam untuk Umat

- Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:25 WIB
Bahaya Halloween & Budaya Sekuler: Manifesto Dakwah Islam untuk Umat

Dakwah bukan sekadar melarang, tetapi mendidik dengan hikmah. Meluruskan makna tanpa mematikan kreativitas.

Strategi dakwah budaya harus mencakup:

  • Menggali sejarah dan akar ideologi setiap budaya asing sebelum diterima mentah-mentah
  • Mengembangkan alternatif budaya Islami yang relevan, kreatif, dan menggembirakan
  • Mengubah masjid, pesantren, dan kampus Islam menjadi pusat literasi budaya dan spiritualitas

Pasal 4: Strategi Gerakan Dakwah Budaya

Bidang Pendidikan

  • Integrasi literasi budaya Islami dalam kurikulum sekolah dan pesantren
  • Pengenalan konsep kritik budaya sekuler bagi pelajar dan mahasiswa
  • Penguatan identitas dan kebanggaan budaya Islami di Indonesia

Bidang Dakwah

  • Dakwah digital dengan konten kreatif yang mengungkap makna tersembunyi budaya Barat
  • Pembuatan festival alternatif Islami seperti "Malam Cahaya Iman", "Pekan Budaya Tauhid", dan "Festival Maulid Kebudayaan Islami"
  • Pembinaan komunitas muda dakwah kreatif di bidang film, desain, dan musik yang Islami

Bidang Kelembagaan

  • Pembentukan Pusat Kajian Dakwah Budaya Islam di bawah ormas-ormas Islam
  • Membangun jejaring internasional dakwah budaya untuk memperkuat solidaritas umat
  • Mendorong pemerintah dan media nasional untuk memprioritaskan siaran yang memperkuat moral dan nilai Islam

Penutup: Islam Sebagai Peradaban dan Dakwah Sebagai Bentengnya

Jika Halloween adalah malam kegelapan yang dirayakan dengan tawa kosong, maka Islam adalah fajar yang menyinari bumi dengan makna sejati kehidupan.

Kami tidak menolak dunia, tapi kami menolak kehilangan kehidupan Islami di dalam dunia. Kami tidak memusuhi budaya, tapi kami menolak budaya yang menghapus akhlak.

Inilah manifesto: Islam adalah peradaban, dan dakwah adalah benteng terakhirnya.

Benz Jono Hartono
Praktisi Media Massa dan Vice Director Confederation ASEAN Journalist (CAJ) PWI Pusat di Jakarta


Halaman:

Komentar