Akibat kondisi air yang buruk, warga hanya menggunakan air sumur untuk keperluan mandi dan mencuci. Sementara untuk kebutuhan minum dan memasak, mereka harus membeli air dari pedagang keliling dengan harga Rp 6.000 per pikul. Setiap keluarga bisa menghabiskan 4-5 pikul air bersih per minggu, setara dengan 200 liter.
Rudi mengungkapkan bahwa sekitar 200 kepala keluarga di Kampung Apung Kapuk Teko telah berulang kali mengajukan permohonan pemasangan jaringan PAM. Meskipun warga, termasuk Usman (53), mengaku telah didata oleh pihak PAM, hingga kini belum ada realisasi pemasangan.
Respon Pemerintah Terhadap Keluhan Warga
Keluhan warga mengenai kualitas air yang keruh dan tidak layak konsumsi telah sampai ke Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. Beliau memerintahkan Pemkot Jakarta Barat untuk segera menyalurkan bantuan air bersih.
Wali Kota Jakarta Barat, Uus Kuswanto, membenarkan laporan tersebut dan berjanji untuk berkoordinasi dengan PAM. Ia menyatakan bahwa akses PAM untuk wilayah Cengkareng dan Kalideres masih dalam proses dan diharapkan dapat segera terwujud.
Krisis air bersih di Kampung Apung Kapuk Teko menjadi perhatian serius yang membutuhkan solusi cepat dan tepat dari pihak berwenang, demi terpenuhinya hak dasar warga terhadap air bersih.
Artikel Terkait
Misteri di Balik Reruntuhan Es: Satu Korban Jiwa Ditemukan Setelah Pesawat Hilang Kontak di Greenland
12 Maestro & Pelestari Budaya Kalbar Diapresiasi Gubernur: Warisan Budaya Takbenda Capai 89!
Amanda Eka Lupita, Lulusan S2 Termuda UGM di Usia 22 Tahun: Ini Rahasia dan Perjuangannya
Banjir Bandang Sukabumi Luluhlantakkan 4 Desa, Jembatan Putus dan Ratusan Rumah Terendam!