Kebaikan di Media Sosial: Antara Niat Tulus dan Pencarian Validasi
Di era digital yang serba terhubung, kebaikan kini menemukan wujud barunya di linimasa media sosial. Aktivitas sederhana seperti berbagi sedekah, membelikan kopi untuk petugas kebersihan, atau menyapa satpam dengan ramah berpotensi menjelma menjadi konten digital yang dikemas secara menarik.
Momen-momen kebaikan ini seringkali direkam dari sudut terbaik, disunting dengan filter yang estetik, dan diunggah dengan caption bijak yang dilengkapi tagar inspiratif. Sebuah kalimat satir pun kerap beredar: "Diduga tidak ingin merepotkan malaikat pencatat amal, beberapa orang menulis kebaikannya sendiri di media sosial."
Kisah Lena: Ketika Kebaikan Berubah Menjadi Konten
Mari kita telusuri contoh nyata melalui sosok Lena, seorang influencer muda yang dikenal sangat "peduli" di Instagram. Suatu sore, Lena melihat seorang ibu tua penjual kue kesulitan mendorong gerobaknya. Alih-alih langsung membantu, Lena lebih dulu mengeluarkan ponselnya.
Dia meminta temannya merekam dari angle terbaik sambil berbisik, "Tolong fokus rekam ekspresi Ibu itu, ya. Angle aku harus terlihat tulus." Hanya dalam lima menit, video tersebut sudah tayang di Instagram Story Lena dengan musik sentimental dan caption menyentuh dilengkapi tagar BerbagiItuIndah.
Bagi Lena, kebaikan hari itu baru terasa valid ketika telah terukur melalui view dan like. Inilah yang disebut sebagai performative altruism dalam psikologi sosial - kebaikan yang dilakukan lebih untuk menegaskan identitas diri daripada murni membantu orang lain.
Moralitas sebagai Tontonan Publik
Kita hidup di era di mana moralitas telah bertransformasi menjadi tontonan publik tanpa henti. Fenomena ini dikenal sebagai virtue signaling, di mana individu merasa perlu menunjukkan seberapa baik dan peduli dirinya demi pengakuan sosial.
Yang ironis, dalam panggung pamer kebaikan ini, seringkali penerima bantuan justru menjadi properti. Bayangkan Pak Usman, pedagang kecil yang direkam saat menerima sumbangan. Kamera menyorot rumahnya yang reyot dan raut wajahnya yang terharu. Meski senang dibantu, harga dirinya tergores karena menjadi objek belas kasihan publik.
Artikel Terkait
Bayi Laki-laki Ditemukan Tewas di Karawang, Mulutnya Masih Dilakban!
5 Film Romantis untuk Rayakan Hari Jadi: Siap-Siap Terharu dan Makin Mesra!
Mampukah Prabowo-Gibran Wujudkan 100% Listrik Bersih atau Terjebak dalam Transisi Setengah Hati?
5 Fakta Mencengangkan Proyek Kereta Cepat Whoosh: Pembengkakan Dana hingga Desakan Audit untuk Jokowi & Luhut