Dalam era serba digital, satu video singkat bisa menghebohkan jagat maya dalam hitungan jam. Kini, publik kembali digemparkan oleh beredarnya tiga versi video asusila yang disebut-sebut melibatkan seorang juru bicara (jubir) perusahaan tambang Morowali dan seorang Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China.
Masing-masing memiliki durasi berbeda: 55 detik, 2 menit 37 detik, dan 7 menit 11 detik, menyimpan narasi vulgar di usung sebagai faktor provokasi sosial.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Video-video tersebut awalnya viral di berbagai platform seperti TikTok, Facebook, dan grup WhatsApp, terutama grup seperti "Info Morowali". Narasi yang menyertainya menyebutkan lokasi kejadian berada di "Desa Labota, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali".
Segera, aparat kepolisian turun tangan. Kapolres Morowali, AKBP Zulkarnain, menyampaikan bahwa penyelidikan telah dimulai: “Saya arahkan lidik,” ujarnya singkat.
Fakta atau Hoaks: Ada Klarifikasi Resmi
Pengembangan investigasi justru menyoroti potensi hoaks. Pihak berwenang dan media fact-checking menemukan bahwa video ini tidak baru, melainkan versi lama yang telah diklarifikasi sebelumnya.
Kapolres Morowali, AKBP Suprianto, menegaskan pada Januari 2025 bahwa video itu bukan kejadian baru di Morowali, melainkan rekaman lama yang pernah disanggah secara resmi pada November 2023.
Media faktual seperti Liputan6, Tirto, dan lainnya memaparkan bahwa adegan dalam video aslinya adalah insiden pencurian besi di Sarawak, Malaysia, yang terjadi pada Agustus atau Oktober 2023, not di Indonesia.
Penelusuran lain menyebut adegan hanya menampilkan dua WNA asal China sedang bersantai di dalam kontainer atau mes tambang tanpa kekerasan atau konteks “jubir” sama sekali, namun diberi framing provokatif
Dampak dan Ancaman Hukum
Penyebaran tanpa verifikasi semacam ini bukan semata berita, tapi bisa berdampak serius:
Secara hukum, menyebarkan konten vulgar atau asusila dapat dikenai sanksi sesuai Pasal 27 ayat (1) UU ITE, dengan ancaman maksimal 6 tahun penjara dan/atau denda hingga Rp1 miliar.
Selain itu, sejumlah tautan video tersebar di internet diduga menjadi jebakan phishing, malware, atau modus pencurian data digital—polisi mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati.
Dari sisi sosial, hoaks tersebut berpotensi memicu keresahan, kebencian terhadap warga asing, dan polarisasi apalagi jika dikaitkan dengan isu sensitif TKA di Morowali.
Kenapa Hoaks Ini Bisa Cepat Viral?
Seringkali, video lama dikemas ulang dengan narasi baru demi sensasi. Berikut beberapa alasan:
1. Isu TKA yang Sensitif
Sentimen terhadap pekerja asing, khususnya China, mudah dipolarisasi
2. Kurangnya Verifikasi Publik
Banyak netizen langsung menyebar konten tanpa cek sumber atau tanggal, apalagi jika dikaitkan dengan isu lokal.
3. Pembungkusan Ulang Narasi
Hoaks lama sering digoreng kembali dengan framing yang lebih provokatif agar tampak baru dan viral.
Ajakan Bijak Dari Penegak Hukum dan Media
Pihak berwenang dan media faktual seperti Kominfo, Polda Sulteng, dan Liputan6 menyarankan:
Selalu lakukan cek fakta dan verifikasi sumber dengan media terpercaya.
Jangan mudah membagikan link tak jelas, yang bisa merugikan diri dan orang lain.
Utamakan literasi digital untuk menjaga keamanan dan kohesi sosial
Video “Jubir Morowali vs TKA China” ternyata adalah hoaks lama yang sengaja dibungkus ulang dengan narasi provokatif. Masyarakat harus cermat, tidak mudah terpancing, dan selalu melakukan verifikasi. Dengan demikian, kita turut menjaga keamanan digital dan sosial bersama.
Sumber: netralnews
Foto: Video Jubir Morowali vs China/Net
Artikel Terkait
Mentan Amran Sulaiman Disemprot Titiek Soeharto gegara Bandingkan Harga Beras du RI dengan Jepang
Immanuel Ebenezer Cuman Butuh 8 Tahun dari Ojol ke Wamen, Netizen: yang Penting Skill Jilat
Lisa Mariana Ungkap Cara Ridwan Kamil Kirim Uang, Rekening Selalu Beda dan Tunai Kalau Lebih 2 Digit
Selama Koruptor Gerak Bebas, Gus Dur Pernah Sebut Demokrasi di Indonesia Cuma Omongan Goblok