Beathor juga menyatakan bahwa kasus ini bisa menjadi preseden buruk bagi soliditas TNI.
“Kalau mutasi bisa dilakukan secara politis, apalagi pada jabatan penting seperti Pangkogabwilhan, maka ke depan akan sulit menjaga independensi dan kepercayaan internal. Panglima bisa saja jadi bulan-bulanan keputusan politik,” ujarnya.
Batalnya pencopotan Letjen Kunto bukan sekadar urusan personal. Posisi Pangkogabwilhan I membawahi wilayah strategis termasuk Sumatera dan sebagian Kalimantan, serta merupakan garda pertahanan pertama terhadap ancaman lintas batas. Ketika terjadi ketidakpastian di pucuk pimpinan wilayah itu, efek domino terhadap kesiapan dan kepemimpinan bisa muncul.
Selain itu, peristiwa ini juga bisa menurunkan kepercayaan perwira tinggi terhadap sistem promosi dan rotasi jabatan. Jika intervensi politik semakin dalam, akan sulit mengharapkan profesionalisme tumbuh utuh di tubuh TNI.
Beathor sendiri menegaskan bahwa ia menyuarakan hal ini bukan sebagai bentuk permusuhan Panglima TNI, tetapi sebagai bentuk keprihatinan terhadap kondisi TNI pasca-reformasi.
“Bangsa Indonesia ingin TNI kuat, disiplin, dan profesional. Tapi kalau sistemnya dicederai, maka lebih baik pemimpinnya mengundurkan diri secara terhormat ketimbang tunduk pada kekacauan,” tutupnya.
Sumber: suaranasional
Foto: Beathor Suryadi (Dok Pribadi)
Artikel Terkait
Tanpa Pasir Silika, Lapangan Padel Ini Ternyata Berbahaya?
Kepsek Dicopot! Pelajar Ini Dilarang Ujian Gegara Tunggakan SPP yang Bikin Warganet Geram
Link Live Streaming Denmark vs Yunani, Siapa yang Lolos ke Piala Dunia 2026?
Erick Thohir Sudah Minta Maaf, Tapi Kenapa Banyak yang Masih Marah?