Hingga kini, sudah tujuh buku yang ia terbitkan. Beberapa judulnya antara lain Liburan Menyang Desa, Ati Dudu Watu, sampai Ontran-ontran Pucanganom.
Bahkan, karyanya tak sekadar terbit. Cerita cekak berjudul Warnaning Urip berhasil menyabet penghargaan dari Balai Bahasa DIY untuk kategori Sastra Jawa 2024. Buku lain, Aja Ambeg-Siya, juga meraih prestasi serupa.
Tema yang ia angkat beragam. Mulai dari kisah keluarga, cerita anak, yang klasik, hingga cerita remaja. "Semua saya coba," ujarnya singkat.
Buku-buku ini ia cetak secara mandiri. Untuk mencetak 50 eksemplar, ia mengeluarkan kocek sekitar tiga juta rupiah. Ini bukan soal cari untung. Murni demi kecintaannya pada Bahasa Jawa.
"Satu judul, Aja Ambeg-Siya, malah diambil alih Balai Bahasa. Itu cerita bergambar dwibahasa untuk anak-anak," katanya.
Konsistensi adalah kuncinya. Setiap Jumat sore, satu episode baru selalu ia unggah. Dalam setahun, terkumpullah 52 episode cukup untuk dua buku.
Membawa Buku dengan Onthel
Aktivitas membagikan bacaan gratis ini baru dimulai Maret 2024 lalu. Awalnya ia coba di Alun-alun Kidul. Ramai sih, tapi orang-orang lalu lalang, tak ada yang benar-benar berhenti membaca.
Ia pindah ke depan Malioboro Plaza. Ada yang membeli bukunya, tapi lagi-lagi, tak ada yang nongkrong untuk membaca di tempat.
Berdasarkan saran anaknya, akhirnya Bambang mencoba lokasi sekarang: kawasan Nol Kilometer. "Di sini banyak yang nongkrong," ujarnya.
"Nggak selalu ramai yang baca. Tapi kadang-kadang bisa sampai lima enam orang. Bacanya sebentar saja biasanya. Tapi ada satu dua orang yang ajeg, datang beberapa hari hanya untuk baca satu episode lanjutannya," beber Bambang.
Ia sengaja menerapkan aturan "satu kali baca satu episode". Ada tujuannya. Aktivitasnya ini ia jalankan dari pukul tujuh sampai sembilan pagi.
"Biar mereka balik lagi baca lanjutannya. Dan biar bukunya bisa bergantian dibaca orang lain," jelasnya.
Yang membahagiakan, minat baca tak hanya datang dari warga Yogya. Orang-orang dari luar kota pun kadang tertarik. Bagi Bambang, ini sebuah keberhasilan kecil ia bisa memperkenalkan Bahasa Jawa pada khalayak yang lebih luas.
Ketika ada rombongan siswa sekolah berkunjung ke Benteng Vredeburg, ia tak sungkan menawarkan bukunya. Ia kerap menemui anak-anak yang kesulitan membedakan pelafalan "a" dan "o" dalam Bahasa Jawa.
Kekhawatiran itu ia jawab dengan tindakan. Kini, ia sedang menyusun buku khusus yang memuat pembelajaran pelafalan Bahasa Jawa yang benar.
"Sedang saya susun, baru sampai bab 10. Sengaja nggak saya buat panjang, biar anak-anak nggak bosan," tuturnya.
Bambang bertekad untuk terus konsisten. Menulis, dan membagikan bacaan gratis dari sepeda onthelnya. Dengan cara sederhana inilah ia memilih untuk menyumbang tenaga, demi kelestarian bahasa yang ia cintai.
Artikel Terkait
Tersangka Pemalsuan Ijazah Jokowi Klaim Dokumen yang Ditunjukkan Polisi Masih Palsu
Misteri 22 Luka Tusuk di Rumah Kosong: Bocah 9 Tahun Tewas di Cilegon
Tersangka Kasus Ijazah Jokowi Klaim Foto di Dokumen Itu Palsu
Sigit Putar Roda Jabatan, Tiga Kapolres Ibu Kota Diganti