Suasana mencekam masih menyelimuti Perumahan BBS 3 di Cilegon. Di sebuah rumah mewah di sana, seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun, Muhammad Axel Miller, ditemukan tewas. Ia adalah putra dari Maman Suherman, seorang politikus PKS setempat.
Ketua RT setempat, Istianto (65), menggambarkan ayah korban sebagai sosok yang baik hati. "Pak Maman itu baik, supel, dermawan juga karena setiap kita minta bantuan dana itu selalu cepat, orangnya baik. Artinya dengan tetangga pun tidak pernah ada masalah," ujar Istianto saat ditemui di kediamannya, Jumat sore lalu.
Menurutnya, Maman dikenal mudah dimintai tolong, terutama untuk urusan dana kegiatan warga. Namun begitu, kehidupan keluarga itu terlihat sibuk. Kedua orang tuanya jarang berada di rumah lantaran kesibukan kerja.
"Beliau punya kantor di Citangkil, jadi biasanya namanya punya perusahaan sendiri ya gimana datangnya, tapi memang sering di sana. Dan istrinya kerja juga, jadi di rumah itu paling anaknya sama ART," jelas Istianto.
Rasa Resah yang Menggelayut
Di sisi lain, peristiwa tragis ini jelas meninggalkan kecemasan mendalam bagi warga sekitar. Istianto mengakui, ketakutan itu nyata karena kasusnya belum juga terungkap. Isu tentang motif perampokan beredar kencang, membuat banyak orang waspada berlebihan.
"Karena saat ini masyarakat masih was-was, kita sekarang mulai siang hari itu udah mengunci pagar, sudah waspada karena takut menimpa ke kita karena kemarin itu isunya perampokan," tuturnya.
Kekhawatiran itu bahkan mendorong beberapa warga mengambil langkah ekstrem. "Malah ada juga masyarakat yang ngomong sudah nyiapin senjata di rumah buat jaga-jaga. Ya mungkin itu cuma kekhawatiran masyarakat saja," imbuh Istianto.
Artikel Terkait
Wamen Ribka Haluk Soroti Tata Kelola Otsus Papua: Jangan Sampai Ada SiLPA Membengkak
Sjafrie Sjamsoeddin Ingatkan Kepala Desa: Jangan Korupsi, Lawan Penyimpangan!
Rp268 Miliar Bantuan Presiden Telah Tuntas Disalurkan ke Wilayah Bencana Sumatera
Wamen Sosial Serukan Solidaritas di Magelang, Tegaskan Bantuan Tak Harus Selalu Materi