"Masukan dari masyarakat menjadi injeksi dan semangat baru bagi PAM JAYA untuk bekerja jauh lebih baik, agar target cakupan layanan 100 persen bisa tercapai," jelasnya.
Lantas, bagaimana caranya mengumpulkan masukan itu? Di sinilah peran media sosial mereka mainkan. Platform seperti Instagram, X, dan Facebook tidak sekadar jadi etalase promosi. Lebih dari itu, dijadikan ruang keterbukaan dimana segala aktivitas dan pekerjaan harian bisa dipantau langsung oleh masyarakat. Sekaligus, jadi saluran komunikasi dua arah yang cepat.
Inovasinya cukup konkret. Misalnya, program "satu jam troubleshoot" untuk merespon gangguan layanan. Coba ada kebocoran atau air mati, laporan warga lewat media sosial ditargetkan ditindaklanjuti dalam waktu satu jam. Program ini, kata Syahrul, sudah dapat apresiasi.
"Media sosial kami gunakan sebagai etalase keterbukaan, sekaligus ruang bagi warga Jakarta untuk memberikan masukan. Salah satunya melalui program satu jam troubleshoot cakupan layanan, yang alhamdulillah mendapat apresiasi dari berbagai pihak," ungkapnya.
Jadi, lewat strategi ini, PAM JAYA tak cuma mengalirkan air bersih secara fisik. Mereka juga berusaha menghadirkan aliran informasi yang jernih dan bisa diandalkan. Pendekatan semacam inilah yang akhirnya dihargai. Membangun kepercayaan itu susah, tetapi PAM JAYA menunjukkan komitmennya lewat tindakan nyata.
Penghargaan itu akhirnya menegaskan satu hal: sebagai Badan Usaha Milik Daerah, PAM JAYA bertekad untuk tetap transparan, responsif, dan selalu mendengarkan kebutuhan warga ibukota. Sebuah langkah yang patut diapresiasi di tengah tantangan layanan publik yang kerap kompleks.
Artikel Terkait
Gubernur Pramono Tantang Persija: Harus Juara Sebelum Jakarta 500 Tahun!
Amien Rais Tantang Prabowo: Berani Jewer Oligarki, Termasuk Adik Sendiri?
Langit Merah Darah di Panimbang Bikin Warga Heboh, BMKG Beri Penjelasan
Isu Pejabat Polisi dan Shandy Aulia Bergulir, Kolom Komentar Artis Mendadak Mati