Jadinya, kita lihat sebuah paradoks yang sering luput. Negara sebenarnya nggak kekurangan uang. Tapi peredarannya yang mandek. Kapital numpuk di satu tempat, tapi nggak jadi aktivitas produktif. Transaksi hanya ramai di hulu, sementara hilirnya kering kerontang.
Akibatnya bisa ditebak. Ekonomi jalan di tempat, bahkan stagnan. Pertumbuhan melemah bukan karena kita nggak bisa produksi, tapi karena permintaan sengaja dikunci. Mesin ekonomi kehilangan pelumasnya: yaitu konsumsi.
Lalu, Peran Pemerintah di Tengah Semua Ini?
Di titik ini, muncul pertanyaan besar. Apa yang harus dilakukan pemerintah?
Jawabannya nggak cuma soal fiskal atau moneter. Pemerintah bisa saja kasih insentif, subsidi, atau stimulus. Tapi dalam situasi seperti ini, akar masalahnya ada di ekspektasi. Selama persepsi tentang masa depan masih dipenuhi ketakutan, sebesar apapun stimulus digelontorkan, uangnya ya cuma akan mengendap.
Pemerintah harus bisa bangun keyakinan bahwa masa depan ekonomi masih layak dihadapi dengan optimisme yang rasional. Di sinilah peran komunikasi publik jadi krusial. Humas pemerintah nggak bisa cuma bersifat informatif; harus persuasif, kredibel, dan konsisten. Narasi-narasi negatif soal ekonomi nggak bisa dibiarkan liar tanpa penyeimbang. Bukan untuk menutupi masalah, tapi untuk mencegah pesimisme berlebihan yang justru membekukan segalanya.
Kepercayaan itu variabel ekonomi yang sering diremehkan. Saat masyarakat percaya, mereka berani membelanjakan uang. Ketika investor yakin, mereka nggak cuma menumpuk aset defensif. Dan ketika keyakinan itu tumbuh, uang akan kembali beredar.
Pada akhirnya, ekonomi bukan cuma deretan angka dan grafik. Ia adalah cermin dari psikologi kita bersama. Jika negara gagal mengelola persepsi, maka kehati-hatian individu yang sebenarnya rasional, justru melahirkan stagnasi yang irasional. Membangun optimisme dalam konteks ini bukan propaganda. Itu adalah prasyarat mutlak agar ekonomi tetap bisa bernapas.
Artikel Terkait
Bendera Putih di Aceh: Isyarat Keputusasaan yang Akhirnya Didengar Jakarta
Kata-Kata Tulus untuk Hangatkan Natal dan Sambut Tahun Baru
Polres Gresik Bongkar Aplikasi Gomatel, 1,7 Juta Data Debitur Diperdagangkan
Komentar Tito Soal Bantuan Malaysia Picu Teguran Pedas dari Mantan Menlu Negeri Jiran