Di antara kerumunan mahasiswa, hadir juga sejumlah tokoh nasional seperti Marwan Batubara, Muhammad Ismet, Rismon Sianipar, dan Rizal Fadillah. Kehadiran mereka seakan memberi penegas bahwa keresahan ini bukan hanya milik kampus.
Sebelum deklarasi dibacakan, acara sudah dimulai dengan orasi yang menyuarakan kegelisahan yang lebih luas. Mulai dari bencana banjir di Sumatera, wacana RKUHAP yang kontroversial, sampai janji 19 juta lapangan kerja yang dianggap gagal total. Suara mahasiswa yang satu ini cukup menyentak.
"Kita diminta untuk donasi ketika ada korban bencana. Terus selama ini pajak yang kita bayarkan itu ke mana? Ketika ada donasi, kenapa atas nama Presiden dan Wakil Presiden?"
Mimbar bebas ini rupanya bukan yang pertama. Sebulan sebelumnya, gelombang protes serupa sudah dimulai di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Dan rencananya, aksi seperti ini akan terus bergulir ke kampus-kampus lain di Indonesia. Puncaknya nanti direncanakan di Tugu Proklamasi, sebagai simbol dimulainya perlawanan untuk menuntut apa yang mereka sebut reformasi kedua.
Acara ditutup dengan pembacaan deklarasi. Suara yel-yel "Hidup Mahasiswa!", "Tangkap Jokowi!", dan "Pecat Sigit!" menggema, mengkristalkan tuntutan mereka akan penegakan hukum dan keadilan. Suasana panas, tapi penuh keyakinan.
Artikel Terkait
Najis Menempel, Wudhu Tetap Sah? Ini Penjelasan Ulama
Standar Ganda Dunia: Dari Bondi hingga Gaza, Luka yang Tak Sama Diperlakukan
Truk Kontainer Terguling di Japek, Macet Mengular Hingga Cikarang
Bencana Alam atau Ulah Manusia? Banjir dan Longsor yang Bikin Malu di Mata Dunia