Tanggung Jawab Moral: Fondasi yang Terlupakan
Kita gemar membicarakan kesuksesan. Mengejar kekuasaan. Mencatat pencapaian. Tapi, pernahkah kita benar-benar berhenti dan bertanya: apa sebenarnya yang menopang semua itu? Bagi kami, jawabannya sederhana namun kerap diabaikan: tanggung jawab moral. Tanpanya, semua keberhasilan hanyalah bangunan megah berfondasi pasir. Rapuh dan mudah runtuh.
Ambil contoh empati. Ini bukan sekadar rasa kasihan. Empati adalah upaya untuk benar-benar melihat dunia dari kaca mata orang lain. Sebuah pemimpin yang punya empati, misalnya, tak akan pernah gegabah. Keputusannya akan mempertimbangkan dampak riil pada kehidupan orang-orang kecil. Tanpa itu, yang muncul adalah sikap sok paling benar. Suara-suara yang lemah pun akhirnya hilang, tenggelam, memunculkan luka sosial yang dalam.
Lalu ada kejujuran. Ini soal nyali.
Jujur itu berat. Bukan cuma soal berkata benar pada orang lain, tapi juga berani berhadapan dengan kesalahan diri sendiri. Harus diakui, bersikap jujur seringkali terasa tidak enak. Risikonya jelas: disalahkan, dianggap lemah, atau kehilangan muka.
Tapi justru di situlah letak nilainya. Kejujuranlah yang membangun kepercayaan. Dan tanpa kepercayaan, apa pun hubungannya di kantor, di masyarakat pasti akan goyah dan akhirnya ambruk.
Artikel Terkait
Cinta Bangsa yang Cerdas: Ketulusan sebagai Etika, Bukan Sekadar Slogan
Ijazah Jokowi Akhirnya Terbuka di Polda, Klaim Hanya di Pengadilan Ternyata Tak Berlaku
Jurnalis Siap Tempur: Pelatihan Khusus untuk Liputan di Daerah Rawan
Di Tengah Medan Terjal, Pesan Warga Aceh untuk Mualem: Kami di Sini, Pak