Gaza (SI Online) – Sejak Oktober tahun lalu, Gaza telah berubah menjadi neraka bagi para jurnalis. Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) baru-baru ini menyatakan sebuah fakta mengerikan: konflik ini adalah yang paling mematikan bagi para awak media sejak mereka mulai mencatat pada 1992. Angka kematiannya terus merangkak naik, tanpa tanda-tanda akan berhenti.
Menurut CPJ, yang datanya dikutip Pusat Informasi Palestina Jumat lalu, ada pola yang mengkhawatirkan di sini. Pendudukan Israel diduga melakukan penargetan secara sistematis terhadap para jurnalis. Bayangkan, sejak awal eskalasi, jumlah rekan kami yang gugur melonjak drastis. Ini jelas menunjukkan satu hal: meliput dari Gaza sekarang adalah pekerjaan dengan risiko tertinggi. Mereka yang berusaha menyampaikan suara dari tanah yang terkepung ini benar-benar mempertaruhkan nyawa.
Di sisi lain, sorotan juga ditujukan pada Amerika Serikat. CPJ menyoroti kegagalan Washington meminta pertanggungjawaban Israel atas tewasnya seorang jurnalis berkewarganegaraan AS di Lebanon selatan.
Padahal, tim penyelidik internasional sudah sampai ke lokasi serangan itu.
Sikap diam mereka, bagi banyak pengamat, cuma memperkuat budaya impunitas rasa kebal dari hukuman yang dinikmati Israel ketika menyerang pekerja media.
Lalu, ada laporan lain yang tak kalah suram. Reporters Without Borders (RSF) mengeluarkan data pada Selasa yang menempatkan Israel kembali di puncak. Untuk tahun ketiga berturut-turut, negara itu dinobatkan sebagai yang paling berbahaya bagi jurnalis di seluruh dunia pada 2025.
Artikel Terkait
Zelensky Buka Opsi Lepas Ambisi NATO, Asal Barat Beri Jaminan Nyata
Di Balik Jeruji, Ferdy Sambo Berkhotbah tentang Kebebasan
Ancaman Pisah dari NKRI Menggantung, Nias Tertekan Usai Bencana dan Kelambanan Pusat
Raffi Ahmad Ungkap Momen Hati Rafathar Luluh Saat Pertemuan Pertama dengan Lily