Menurutnya, buku ini dibuat agar umat Buddha bisa secara langsung menghubungkan etika dalam ajaran mereka seperti Sila dan Pancasila dengan konteks pemberantasan korupsi. Dengan begitu, nilai-nilai itu tak lagi abstrak, melainkan bisa dipraktikkan dalam dinamika hidup sehari-hari.
Supriyadi berharap, Jalan Dhamma bisa menjadi panduan yang solid bagi umat untuk menolak segala bentuk korupsi. Ke depannya, ia membayangkan umat Buddha bisa tampil sebagai teladan integritas.
Caranya? Dengan mempraktikkan hidup sederhana, kejujuran, dan tentu saja, cinta kasih atau metta dalam setiap interaksi baik di keluarga, tempat kerja, maupun dalam lingkup masyarakat yang lebih luas.
Peluncuran keenam buku ini, pada akhirnya, adalah sebuah simbol. Ia menunjukkan bahwa perang melawan korupsi membutuhkan lebih dari sekadar penindakan. Perlu ada upaya membangun kesadaran dari dalam, yang bersumber dari nilai-nilai terdalam yang dipegang setiap orang.
Artikel Terkait
Demi Golden Ticket, Siswi Palembang Tempuh Ribuan Kilometer ke Olimpiade Unair
Kira-kira di Pusaran Bencana: Ketika Asumsi Menggantikan Data
Panik di Pantai Bondi: 12 Nyawa Melayang dalam Rentetan Tembakan
Bambang Haryo Serahkan Ribuan Paket Bantuan dan Desak Sistem Peringatan Dini di Agam