Ketika Takdir Tak Berpihak, Tawakal Lahir dari Usaha yang Tak Pernah Surut

- Rabu, 10 Desember 2025 | 22:06 WIB
Ketika Takdir Tak Berpihak, Tawakal Lahir dari Usaha yang Tak Pernah Surut

Menerima bukan berarti nggak sakit.

Menerima adalah keberanian untuk tetap melangkah, meski hati hancur berkeping-keping.

Dari kehilangan yang dalam itu, saya paham batas-batas diri. Dan justru dari pengakuan atas batas itulah, tawakal mulai bertumbuh.

Tawakal itu bukan produk kelemahan. Ia lahir justru setelah usaha diberikan sepenuh hati. Justru saat harapan kita membumbung tinggi, di situlah tawakal paling sulit dan paling bermakna.

Pasrah sebelum berusaha? Itu cuma akan melahirkan penyesalan panjang. Tawakal setelah berusaha maksimal? Itu yang melahirkan ketenangan. Tawakal itu seperti tetap maju, meski mata tertutup dan nggak tahu apa yang ada di depan.

Sekarang, ketenangan bagi saya jadi sesuatu yang sederhana. "Apa pun hasilnya, yang penting saya sudah ngasih yang terbaik."

Kalau boleh saya menyampaikan sesuatu, baik untuk diri saya dulu maupun generasi muda, saya ingin bilang:

Menjadi yang terbaik mungkin memang takdir.

Tapi melakukan yang terbaik? Itu selalu, selalu, menjadi pilihan kita.

Dan pelajaran terbesar tentang takdir yang saya pegang sampai sekarang cuma satu: kita nggak pernah bisa mengontrol hasil akhir. Yang bisa kita kendalikan cuma kualitas ikhtiar kita.

Dari kesadaran sederhana itulah ketenangan muncul. Dan dari ketenangan itulah, tawakal menemukan tanah suburnya untuk tumbuh.


Halaman:

Komentar