Lalu, seperti apa sebenarnya usulan yang dilontarkan Bahlil itu?
Di hadapan Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang hadir dalam acara tersebut, Bahlil berargumen bahwa pemerintahan yang kuat membutuhkan stabilitas politik. Dari situlah ide koalisi permanen ia sodorkan.
"Lewat mimbar yang terhormat ini izinkan kami memberikan saran perlu dibuatkan koalisi permanen," kata Bahlil waktu itu.
Ia tampak tak ingin ada lagi dinamika partai yang keluar-masuk dari koalisi pendukung pemerintah. Soliditas adalah kunci.
"Jangan koalisi in-out, jangan koalisi di sana senang di sini senang di mana-mana hatiku senang," ujarnya, disambut riuh peserta.
"Sudah harus kita mempunyai prinsip yang kuat untuk meletakkan kerangka koalisi yang benar. Kalau menderita, menderita bareng-bareng. Kalau senang, senang bareng-bareng, dan ini dibutuhkan gentleman, dibutuhkan gentleman yang kuat," lanjut Bahlil, menekankan komitmen bersama.
Jadi, di satu sisi ada usulan besar untuk mengukuhkan peta politik jangka panjang. Di sisi lain, ada seruan untuk mengesampingkan dulu semua itu, mengingat duka yang sedang menyelimuti negeri. Respon Puan, singkatnya, mengingatkan semua bahwa ada waktu dan tempat untuk segala sesuatu. Dan saat ini, waktunya untuk solidaritas.
Artikel Terkait
Banjir Rendam Sarmi, Jalan Trans Papua Terputus
Kerusuhan Kalibata: Kerugian Material Tembus Rp 1,2 Miliar
Gelombang Generasi Z Gulingkan Perdana Menteri Bulgaria
Mahfud MD Soroti Perpol 10/2025: Tabrakan dengan Putusan MK