Mendengar rencana itu, yang lain pun ikut ramai. Dalam hati saya cuma bisa mengeluh, "Yah... rusak lagi deh umroh gue."
Dan benar saja. Seminggu kemudian, kami sudah duduk manis di pesawat. Rombongan bertambah. Seperti biasa, semuanya terasa mudah dan enteng. Yang susah justru menahan tawa dan becanda. Ini mungkin umroh yang ke-sekian kalinya bersama mereka.
Hotelnya megah dan mewah. Buffet untuk buka puasa tersaji lengkap. Tapi apa yang kami lakukan? Kami malah buka puasa di kamar, menggelar tikar plastik. Dengan nasi uduk panas, sambal yang nendang, ayam goreng, tahu, tempe, dan lain-lain. Nasi uduk itu, sungguh, mengalahkan semua kemewahan hidangan hotel. Seorang teman yang tinggal di sana rutin membawakan masakan Indonesia tinggal pesan saja.
Lalu, tengah malam sekitar jam satu. Suasana di kamar masih riuh. Teman-teman sibuk saling menggoda, tertawa lepas. Saya memutuskan untuk berdiri, mengambil wudhu, lalu bersiap ke Masjidil Haram.
"Lu mau ke mana?" tanya Komenk, menyela canda.
"Gue mau ke masjid," jawab saya.
"Ntar aja, barengan," katanya.
Saya menoleh padanya, separuh bercanda separuh serius. "Kalau begini terus, lama-lama gue digampar malaikat nih."
Mereka tertawa keras. Memang, kadang kita alpa. Di saat yang seharusnya digunakan untuk khusyuk, justru lebih banyak diisi obrolan dan canda. Saya pun termasuk di dalamnya.
Di Madinah atau Mekah, waktu terasa melambat. Tak ada yang perlu dikejar, tak ada janji meeting yang harus dipenuhi. Hidup hanya menunggu waktu azan berkumandang. Semuanya terasa mudah, bahkan kelalaian kecil pun terasa ringan.
Tapi setiap kali melangkah ke masjid di keheningan malam, satu hal selalu saya ingat. Ada adab yang harus dijaga. Ada waktu yang harus ditundukkan. Sebab, kalau manusia terus-terusan berperilaku tak tahu diri, menggampangkan segalanya, lama-lama… siapa tahu malaikat turun tangan. (")
Artikel Terkait
Tragedi di Lapangan Sekolah: Mobil Minibus Terparkir Tiba-tiba Melaju, Siswa SD Terlindas
Mobil Boks Seruduk SD di Jakarta Utara, 19 Siswa Terluka
Mobil Bansos Seruduk SD di Kalibaru, 19 Korban Berjatuhan
Matcha di Sekretariat ASEAN: Dari Upacara Teh hingga Jembatan Kerja Sama