Di sisi lain, Mashaal juga bersikap keras terhadap intervensi asing. Ia menolak mentah-mentah segala bentuk perwalian, mandat, atau pendudukan ulang atas tanah Palestina, baik di Gaza maupun Tepi Barat.
“Rakyat Palestina adalah mereka yang memerintah diri mereka sendiri,” tegasnya. “Mereka memutuskan masa depannya sendiri. Tidak ada perwalian, tidak ada mandat, dan tidak ada pendudukan kembali.”
Peringatan lain ia sampaikan soal Tepi Barat. Wilayah itu, katanya, sedang menghadapi pertempuran besar melawan Yudaisasi, perluasan permukiman, dan penggusuran paksa. Melindungi proyek perlawanan menjadi sebuah keharusan.
Isu tahanan politik juga tak luput. Mashaal menyerukan pembebasan semua tahanan Palestina yang, menurut pengakuannya, mengalami penyiksaan kejam di penjara Israel. Situasi ini disebutnya makin memburuk dalam dua tahun terakhir.
Lalu, apa kunci utamanya? Persatuan. “Tidak ada kemenangan tanpa persatuan, tidak ada pencapaian tanpa kemitraan,” ujarnya. Ia memperingatkan bahwa ada sejumlah proyek internasional yang diam-diam ingin menghapus Gaza, Tepi Barat, bahkan Otoritas Palestina dari peta politik.
Momentum global, menurut Mashaal, sedang berpihak. Ia melihat banyak negara kini memandang Israel sebagai “paria internasional”. Sikap dunia yang kian mengecam ini harus dimanfaatkan untuk memperkuat boikot, isolasi diplomatik, dan mendukung gelombang aktivisme publik serta gerakan mahasiswa di seluruh dunia.
Di awal pidatonya, Mashaal sudah memberi sinyal bahaya. Palestina, katanya, sedang menghadapi ancaman eksistensial yang menyentuh Gaza, Yerusalem, Masjid Al-Aqsa, dan stabilitas kawasan secara keseluruhan. Tantangan itu nyata dan mendesak.
Pesan akhirnya sederhana namun berat: bangsa Arab, Muslim, dan komunitas internasional punya tanggung jawab bersama. Dunia telah menyaksikan kejahatan di Gaza. Sekarang, kata Mashaal, dunia harus bertindak.
Artikel Terkait
Kalimantan Barat Berduka: Dari Penolakan Dana Desa Hingga Tragedi Kekerasan yang Menyayat Hati
Harga Beras Rp 60 Ribu per Kilo? Rincian Bantuan Kementan untuk Korban Banjir Picu Tanda Tanya
Banjir Sumatera Terlupakan, Sementara Bencana Lain Ditetapkan
Gaji Guru Bireuen Belum Cair, Diduga Dialihkan untuk Tangani Banjir