Dua desa, Babah Krueng dan Riseh, disebutnya sebagai yang paling terisolasi. Jalan menuju ke sana masih tertutup lumpur tebal, tak bisa dilalui kendaraan sama sekali. Akses benar-benar terputus.
Di sisi lain, kebutuhan mendesak warga sebenarnya sangat jelas: obat-obatan, selimut, kelambu, dan pakaian. Isbahanur sekali lagi menyampaikan permohonannya, kali ini lebih memelas.
Banjir ini sendiri bukanlah peristiwa kecil. Sebelumnya diberitakan, 18 kabupaten dan kota di Aceh tergenang. Korban jiwa masih dicari, ribuan rumah hancur, fasilitas umum lumpuh. Di Aceh Utara dan Aceh Timur, air mulai naik sejak 22 November lalu, mengubah kehidupan warga dalam sekejap.
Artikel Terkait
Halaqah Tarbawiyah: Fondasi Dakwah yang Tak Boleh Diabaikan
Pesawat Tempur Thailand Serang Wilayah Sengketa, Kamboja Klaim Tak Membalas
Domino dan Deforestasi: Sorotan Gelap di Balik Tuntutan Mundur Raja Juli
Banjir Tapanuli: Saat Hutan Batang Toru Menjerit dan Politik Masa Lalu Datang Menagih