Sudah dua belas hari berlalu sejak banjir melanda, namun bantuan dari pemerintah pusat masih belum terlihat di Kecamatan Sawang, Aceh Utara. Keluhan itu terus bergema dari para pengungsi yang bertahan di lokasi bencana.
Isbahanur, warga berusia 35 tahun, tak bisa menyembunyikan kekecewaannya saat ditemui Minggu lalu. Suaranya lirih namun tegas.
Menurutnya, kondisi di pedalaman masih sangat memprihatinkan. Listrik dan sinyal telepon mati total, memutus mereka dari dunia luar. Setiap pagi, warga berjuang membersihkan rumah mereka dari lumpur yang menggunung.
Hidup di pengungsian tentu serba terbatas. Stok beras utama memang masih ada, dan belakangan relawan mulai membawakan mi instan serta telur. Tapi untuk lauk? Hanya itu-itu saja.
Artikel Terkait
Halaqah Tarbawiyah: Fondasi Dakwah yang Tak Boleh Diabaikan
Pesawat Tempur Thailand Serang Wilayah Sengketa, Kamboja Klaim Tak Membalas
Domino dan Deforestasi: Sorotan Gelap di Balik Tuntutan Mundur Raja Juli
Banjir Tapanuli: Saat Hutan Batang Toru Menjerit dan Politik Masa Lalu Datang Menagih