Serakahnomic dan Darurat Kedaulatan: Catatan Pilu dari Diskusi Poros Jakarta Raya

- Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:50 WIB
Serakahnomic dan Darurat Kedaulatan: Catatan Pilu dari Diskusi Poros Jakarta Raya

Kiaa juga menyoroti kasus Bandara IMIP di Morowali. Baginya, itu adalah contoh darurat kedaulatan yang telanjang.

"Bandara itu sengaja dirancang menyingkirkan otoritas negara. Tidak ada imigrasi atau bea cukai. Diduga kuat, ini untuk memuluskan kedatangan ribuan tenaga kerja asing secara gelap dan penyelundupan jutaan ton nikel ke China. Ini bukan pelanggaran administratif biasa, tapi lebih pada kejahatan terhadap negara," tegas Kiaa.

Ia lalu mengingatkan temuan almarhum Faisal Basri soal selisih data impor nikel China yang jauh lebih besar dari data ekspor Indonesia. Titik tekannya jelas: pemerintah harus menangkap semua pelaku dan menghentikan impunitas yang menciderai rasa keadilan.

Narasumber kedua, Bob Rinaldi Randilawe, aktivis dengan latar belakang magister lingkungan UI, punya istilah yang sama: serakahnomic. Pembalakan liar di sepanjang Bukit Barisan, bahkan sampai ke cagar alam, telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Dan itu tak diimbangi upaya konservasi yang serius.

Bob membandingkan dengan China. Negara itu, katanya, cepat melakukan recovery. "Tebang satu, tanam seribu," ujarnya. Sementara di Indonesia, banyak penambang baik legal maupun ilegal terus menjarah daerah aliran sungai yang seharusnya steril dari eksploitasi. Situasi makin runyam karena pembalakan masif di hulu telah merusak keseimbangan ekosistem.

Selama pemerintahan sebelumnya, semua prosedur lingkungan seperti diterabas. Amdal sering diabaikan, berkat kemudahan dari UU Omnibus Law yang meski kini sudah dicabut MK, dampaknya masih terasa.

Untuk mengatasi ini, Bob menyerukan audit lingkungan menyeluruh dan sanksi tegas bagi semua pihak yang terlibat, baik pejabat, individu, maupun korporasi. Ia juga mendesak moratorium pembalakan hutan di Sumatera dan daerah lain, serta melibatkan masyarakat sekitar hutan dalam penjagaan lingkungan. Mereka, kata Bob, selama ini justru terpinggirkan oleh keserakahan oligarki.

Diskusi itu ditutup dengan kesepahaman: bencana ekologi dan krisis kedaulatan adalah dua sisi mata uang yang sama. Dan uang logam itu dicetak oleh sistem yang serakah.


Halaman:

Komentar