Ini berbahaya. Bangsa yang luhur takkan lahir tanpa solidaritas. Tanpa semangat kebersamaan, Indonesia hanya akan jadi sekumpulan individu yang hidup dalam satu wilayah, bukan sebuah komunitas yang bernilai.
Namun begitu, berbicara tentang nilai luhur bukan berarti kita anti-kemajuan. Sama sekali tidak. Justru, keluhuran itulah yang harus jadi kompas. Agar kita tak tersesat di tengah gemerlap modernitas. Bangsa yang maju secara teknologi tapi hampa nilai, ibarat kapal canggih tanpa nahkoda. Akan terombang-ambing tanpa arah.
Di sinilah peran pendidikan menjadi krusial. Ia harus punya dua peran sekaligus: mencerdaskan dan menanamkan kebijaksanaan. Literasi digital harus beriringan dengan literasi etika. Kemajuan material wajib dibarengi dengan kepekaan sosial. Kita boleh memanfaatkan teknologi, tapi jangan sampai kehilangan hati nurani.
Pada akhirnya, kita perlu membaca ulang makna kebangsaan kita. Seperti diingatkan Sjahrir,
Artinya, keluhuran bangsa bukan warisan yang tinggal dinikmati. Ia adalah tanggung jawab yang harus terus diperjuangkan, dirawat, dan diperbarui dari generasi ke generasi.
Hatta juga punya penegasan serupa.
Kekuatan itu, dalam pandanganku, bukan cuma soal ekonomi atau politik. Tapi lebih pada kekuatan moral. Keyakinan bahwa nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan toleransi bukanlah barang kuno. Itulah energi sejati sebuah peradaban.
Membangun bangsa yang luhur dan bernilai jelas bukan proyek instan. Ini adalah amanah moral jangka panjang. Butuh keteguhan dari setiap orang, keberanian sipil, dan konsistensi kita secara kolektif. Indonesia takkan runtuh karena kurang gedung pencakar langit. Tapi bisa ambruk jika moral publiknya bobrok.
Di tengus perubahan yang tak terelakkan ini, keluhuran adalah jangkar kita. Tanpanya, kita cuma kerumunan. Dengannya, kita bisa tumbuh menjadi bangsa yang bermartabat. Seperti yang dicita-citakan para pendiri negeri ini sejak awal.
Aendra Medita
Hos Cokroaminoto, Jakarta Pusat
5 Desember 2025
Artikel Terkait
Rob JIS Lumpuhkan Motor, Pengendara Terjebak di Tengah Genangan
Din Syamsuddin Soroti Peran Liga Muslim Dunia: Dari Pemersatu Umat hingga Penggerak Peradaban
Ustaz Evie Effendi Ditetapkan Tersangka KDRT Usai Mediasi Gagal
Wakil Panglima TNI Susuri Lumpur dan Banjir Setengah Meter di Aceh