Di Bireuen, rapat singkat digelar di Posko Bencana Kantor Bupati. Nezar kembali menyerahkan bantuan serupa: satu unit Starlink dan genset untuk daerah itu. Tak hanya itu, dua unit Starlink dan satu genset juga diberikan kepada Dandim Bireuen, untuk diteruskan ke Danrem Lilawangsa di Lhokseumawe.
“Kita titipkan ke Danrem, nantinya akan membantu komunikasi di daerah Lokop, Aceh Timur. Di sana, lima desa hilang disapu banjir. Alat telekomunikasi sangat dibutuhkan,” kata Nezar.
Perjalanan kemudian berlanjut ke Kecamatan Juli. Di sana, sebuah pemandangan mengejutkan terlihat. Sebuah jembatan yang tampak kokoh ternyata terputus separuh. Keadaan ini membuat Bener Meriah terisolasi.
“Kita berikan satu unit Starlink kepada relawan TIK untuk kebutuhan komunikasi warga,” ujarnya.
Di ujung jembatan yang putus itu, warga ternyata sudah membangun solusi darurat: sebuah jaringan kabel untuk mengangkut barang. Melihat itu, tim Nezar punya ide.
“Kita seberangkan satu unit Starlink dan genset ke wilayah Bener Meriah lewat keranjang yang digantung di kabel itu. Semoga bisa membantu pemulihan komunikasi di masa darurat,” tambah Nezar.
Secara keseluruhan, dari 3.443 BTS di Aceh, lebih dari separuh tepatnya 51% sudah berfungsi lagi. Penyebab matinya BTS kebanyakan karena listrik, bukan kerusakan fisik. Sebagian besar menara masih tegak, kecuali beberapa yang langsung kena terjangan banjir. Yang lain selamat karena posisinya di tempat tinggi.
Namun begitu, gangguan komunikasi juga dipicu oleh putusnya beberapa jaringan fiber optik. Ini terjadi seiring ambruknya jembatan-jembatan penghubung antarkabupaten di Aceh.
Artikel Terkait
Tumbang Alami dengan Nomor Seri: Bukti atau Kebetulan?
Di Balik Tenda Proyek, Perang Dua Wajah Jurnalisme Terbongkar
Banjir Bandang dan Pelajaran dari Suku Baduy: Saatnya Kembali pada Harmoni
Di Balik Status Bencana Nasional: Politik, Anggaran, dan Kerumitan di Tengah Duka Aceh dan Sumatera