Harapan sempat mengambang saat kabar dari Kementerian ESDM menyebut pasokan BBM di Sumatera, khususnya wilayah bencana Sumatera Utara, dalam kondisi cukup. Tapi di lapangan, ceritanya jauh berbeda. Warga justru merasakan hal sebaliknya: kelangkaan yang sudah berlangsung hampir seminggu.
Pernyataan Menteri Bahlil Lahadalia yang menegaskan stok bahan bakar cukup, langsung dibalas dengan teriakan protes dari seorang warga di lokasi.
Suara itu, terekam dan viral, seketika memantik gelombang kekecewaan di media sosial. Bagi banyak netizen, teriakan itu mewakili perasaan mereka yang sebenarnya sebuah rasa diabaikan di tengah situasi darurat pasca-bencana.
Memang, bencananya tidak main-main. Banjir bandang dan longsor beberapa hari lalu merusak infrastruktur secara berat di sejumlah wilayah Sumut. Jalan-jalan utama putus, akses terhambat, membuat distribusi logistik macet total. SPBU-SPBU dilaporkan kosong, sementara antrean panjang warga yang putus asa semakin mengular.
Jadi, masalahnya bukan cuma angka stok di gudang pusat. Persoalan utamanya ada di distribusi. Wilayah-wilayah terisolasi itu nyaris tak tersentuh, terputus dari jalur suplai.
Artikel Terkait
Tamiang Terisolasi Total: Kantor Pemerintahan dan Polres Tenggelam dalam Lumpur
Gus Ipul Tegaskan: Penyandang Disabilitas Harus Jadi Prioritas dalam Tanggap Darurat
Jabar dan PUPR Sepakati Kerja Sama, Citarum Masuk Prioritas
Kalapas Sulut Dicopot Diduga Paksa Warga Binaan Muslim Makan Daging Anjing