Udara pagi di Seoul terasa berbeda pada peringatan satu tahun darurat militer itu. Presiden Lee Jae Myung berdiri untuk menyampaikan pidato yang sarat makna, mengenang krisis politik hebat yang mengguncang negara. Ia mengumumkan rencana menetapkan tanggal 3 Desember sebagai "Hari Kedaulatan Rakyat". Ini, katanya, adalah bentuk penghormatan tertinggi bagi keberanian warga biasa yang mengambil tindakan.
Lee dengan jelas menyampaikan rasa terima kasihnya. Sasaran utamanya adalah rakyat yang, pada malam setelah pengumuman darurat militer oleh mantan Presiden Yoon Suk Yeol, berbondong-bondong bergerak menuju Gedung Majelis Nasional. Menurut Lee, langkah-langkah krusial seperti pencabutan status darurat dan kepatuhan militer pada otoritas sipil mungkin hanya terwujud berkat gerakan warga itu sendiri.
Ia melanjutkan, suaranya bergetar penuh keyakinan.
Soal hari libur nasional yang diusulkannya, Lee punya alasan kuat. Ia ingin momen bersejarah itu dirayakan sebagai pengingat saat rakyat melawan ketidakadilan dan mengembalikan bangsa ke jalur yang benar, semua dilakukan secara damai dan sah. Baginya, krisis itu harus dikenang sebagai contoh nyata kemenangan warga yang indah, tanpa kekerasan, dan tetap taat pada prosedur hukum.
Namun begitu, Lee tak mau gegabah. Ia menegaskan bahwa penetapan hari libur baru tak bisa ditentukan sepihak oleh pemerintah. "Ini harus melalui proses legislatif di Majelis Nasional. Pada ujungnya, saya yakin keputusan akhir ada di tangan kemauan rakyat," ujarnya.
Artikel Terkait
Aceh Tamiang Terendam, Bantuan Terhambat Jalan Putus
China Tangani Banjir dengan Komando Tunggal dan Teknologi Canggih
Mualem Tinjau Udara Aceh: Bencana Ini Bak Tsunami Kedua
Mahfud MD Ingatkan NU: Jangan Sampai Jadi Perusahaan Terbatas