Dari Magang ke Sidang: Fitrah Nusantara Bongkar Kode Rahasia Pengacara

- Rabu, 03 Desember 2025 | 06:06 WIB
Dari Magang ke Sidang: Fitrah Nusantara Bongkar Kode Rahasia Pengacara

Skandal 'Ceker Ayam Oplosan' itu benar-benar jadi momen puncak buat Fitrah. Cuma seorang magang, tapi beritanya soal penangkapan Surya di gudang barang bukti sambil masih memeluk ceker ayam sisa langsung meledak di mana-mana. Redaksi Kabar Kilat pun kebanjiran pujian dan penghargaan.

Dua minggu berselang, suasana di ruang rapat terasa lain. Lebih hening, lebih serius. Bos Top berdiri di depan, mengenakan baju safari andalannya yang tampak lebih gagah dari biasa. Mungkin baru saja kembali dari laundry, yang nota bene dibayar pakai uang kantor.

"Saudara-saudara," ucapnya. Suaranya datar, tapi ada kebanggaan yang nyaris tak terbendung.

"Melihat kinerja luar biasa Fitrah Nusantara, yang berhasil mengungkap jaringan korupsi cuma bermodal naluri, recorder jadul, dan nyali blunder ke UGD serta Polresta... maka, mulai hari ini, status magangnya kami hapus. Dia resmi jadi wartawan tetap kami."

Gemuruh tepuk tangan memenuhi ruangan. Fitrah berdiri, kikuk. Senang campur haru. Rasanya seperti naik kasta dari 'beban redaksi' jadi 'aset perusahaan' dalam sekejap.

"Job desk barumu," lanjut Bos Top, menatap Fitrah, "Liputan Pengadilan Negeri dan Kejaksaan. Ayo, tunjukkan skillmu di sana, lawyer jadi-jadian! Dan tolong, ganti HP-mu. Jangan pakai yang kentang lagi."

Hari pertamanya di Pengadilan Negeri benar-benar berbeda. Tak ada kepanikan seperti di UGD, atau bau rokok kretek khas kantor polisi. Suasana di sini khidmat, dingin AC-nya berlebihan sampai melanggar prinsip hemat energi dan dipenuhi jubah hitam serta formalitas yang bikin mata berat. Wangi kopi khas kantor berita hilang, tergantikan aroma map plastik dan parfum mahal para pengacara, yang baunya sekeras klaim mereka.

Dengan kartu pers tetap yang berkilau di saku, Fitrah duduk di bangku belakang. Sidang pertama yang dia amati cuma kasus pencurian HP biasa. Tapi jantungnya berdebar kencang, seolah sedang menyaksikan sidang pidana tingkat tinggi.

Seorang pengacara senior dengan raut wajah masam meliriknya tajam.

"Wartawan baru, ya?" bisiknya ketus. "Jangan bikin gaduh. Ini ruang sidang, bukan pasar malam. Hormati majelis hakim."

Fitrah menahan diri untuk tidak membalas. Dia cuma mengangguk, pura-pura fokus pada proses yang berjalan.

Dan sidangnya... luar biasa membosankan. Saksi-saksi bicara berbelit, seolah kena amnesia akut. Fitrah mulai mengantuk. Dia malah merindukan drama kucing Meonggar atau kakek-kakek main Candy Crush yang dulu sering dia temui. Setidaknya itu lebih jujur.

Namun begitu, tiba-tiba matanya menangkap sesuatu. Si pengacara judes tadi, saat kliennya memberi kesaksian, melakukan gerakan aneh. Kedipan mata dua kali. Lalu jari kelingking mengusap hidung. Sebuah kode.

Nalurinya langsung berdetak kencang. Itu signal coaching! Sang pengacara jelas sedang mengarahkan kliennya untuk memberikan kesaksian palsu, sebuah pelanggaran serius yang terjadi tepat di depan hidungnya.


Halaman:

Komentar