Amarah Alam di Sumatra: Banjir Surut, Duka dan Truk Kayu Kembali Beraksi

- Rabu, 03 Desember 2025 | 05:20 WIB
Amarah Alam di Sumatra: Banjir Surut, Duka dan Truk Kayu Kembali Beraksi

Setelah Hujan

Oleh: Dahlan Iskan

Alhamdulillah. Akhirnya, hujan mulai reda di Sumatra bagian utara. Sudah tiga hari ini langit tak lagi mencurahkan airnya. Padahal sebelumnya, selama tujuh hari penuh, hujan mengguyur tanpa henti. Deras sekali. Siang malam tak ada jeda.

Rasanya lega. Tapi, jangan salah sangka dulu. Penderitaan belum berakhir. Kerusakan yang ditinggalkan terlalu besar. Banjir bandang, genangan luas, dan kehancuran telah terjadi. Wilayah Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh porak-poranda. Korban jiwa, menurut data BNPB Pusat, mencapai 631 orang.

Di Aceh saja, pengungsi hampir setengah juta jiwa. Seorang tokoh Aceh yang saya wawancarai menggambarkan situasi ini dengan nada berat.

Kerugian material pun luar biasa. Sawah yang hancur mencapai 130.000 hektare. Rumah rusak ada 71.000 unit. Sekolah yang terdampak 165 buah, termasuk empat pesantren di dalamnya. Itu baru hitungan di Aceh. Lima kabupaten di bagian selatannya bahkan masih terisolasi sampai sekarang.

Kelima kabupaten itu Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Luwes, Singkil, dan Takengon keadaannya hampir sama parahnya. Yang menarik perhatian justru Takengon. Wilayahnya bukan dataran rendah, melainkan perbukitan. Lantas, kenapa bisa kebanjiran?

Jawabannya ada di aktivitas manusia. Di Takengon, marak penggalian tambang emas ilegal. Sementara di Bener Meriah dan sekitarnya, hutan-hutan telah berganti menjadi kebun sawit dan lahan untuk bahan baku kertas. Saat hujan datang, tak ada lagi yang menahan laju air.

Ironisnya, saat banjir melanda, relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh sedang ada acara di Takengon. Mereka malah terjebak di sana selama lima hari. Semua jalan keluar terputus oleh luapan air bah yang tak kunjung surut.

Banjir akhir November lalu bahkan merambah sampai ke Subulussalam. Sebelumnya, seluruh kawasan Tapanuli dan sekitarnya sudah lebih dulu terendam. Tak berhenti di situ, air terus mengalir ke bawah, hingga mencapai Sumatra Barat.


Halaman:

Komentar