Dari udara, pemandangan di Batang Toru terlihat suram. Sebuah desa yang dilanda banjir bandang dan longsor di Tapanuli Selatan itu tampak compang-camping, seperti baru saja dihajar amukan alam. Kejadian ini berlangsung sejak Senin lalu, 24 November.
Menurut laporan Antara, bencana ini bukan sekadar musibah biasa. Ia seperti sebuah peringatan keras. Kawasan hulu yang seharusnya menjadi benteng alami, ternyata sudah sangat rapuh. Ekologinya tak lagi sanggup menahan gempuran cuaca ekstrem yang datang bertubi-tubi.
Lalu, apa penyebabnya? Banyak yang menyoroti menurunnya fungsi hutan sebagai pelindung. Aktivitas pembukaan lahan dan penebangan kayu secara besar-besaran diduga menjadi biang keladinya. Perlahan tapi pasti, kawasan itu kehilangan kekuatannya.
Artikel Terkait
Ketika Nama Jenderal Menjadi Alamat Penderitaan Rakyat
Luhut Buka Suara Soal Polemik Bandara IMIP: Tidak Ada Republik di Dalam Republik
KUHAP Baru Tambah Empat Upaya Paksa, Izin Pengadilan Diperketat
Sorak-Sorai Merpati di Tengah Beton: Kisah Pehobi Jakarta Bertahan di TPU Menteng Pulo