Kerumunan sudah menunggu sejak pagi. Di sepanjang jalan dari bandara menuju istana kepresidenan Beirut, orang-orang berjejal, berharap sekadar melihat sekilas sang tamu agung. Bendera Lebanon dan Vatikan berkibar berdampingan, menghiasi sudut-sudut kota yang masih menyimpan luka perang. Di antara riuh rendah itu, Paus Leo XIV tiba, membawa pesan yang mendesak bagi sebuah bangsa yang letih.
Ini adalah lawatan luar negeri pertamanya sebagai pemimpin Gereja Katolik, dan Lebanon dipilih sebagai tujuan kedua. Rencananya, Paus asal Amerika Serikat ini akan menghabiskan empat hari di tanah para nabi, dimulai Minggu (30/11). Langkah pertamanya: langsung menuju istana kepresidenan untuk bertemu dengan para politisi dan pemuka agama.
Di hadapan para pemimpin Lebanon, suaranya lantang namun penuh beban. Ia membuka pidatonya dengan mengutip sabda Yesus Kristus, sebuah seruan yang terasa sangat relevan di tengah dentuman yang masih sesekali menggema.
“Berbahagialah orang yang membawa damai,” ucap Paus Leo.
“Negara ini harus terus berjuang untuk perdamaian,” sambungnya, menekankan pentingnya prioritas tersebut meski situasi regional begitu pelik, penuh konflik, dan sama sekali tidak bisa ditebak. Desakannya jelas: jadikan perdamaian sebagai hal utama.
Artikel Terkait
Untan Borong Prestasi Sempurna di Program Inkubasi LPDB
BMKG Buka Suara: Biaya Modifikasi Cuaca Bisa Tembus Rp 300 Juta per Penerbangan
Prabowo Tinjau Pascabencana: Pelan-pelan Kita Kembalikan ke Normal
Ujung-Ujungnya ke Dapur: Stereotip yang Masih Mengakar dalam Percakapan Sehari-hari