Kim Sa Bok, supir taksi berusia 48 tahun dari Seoul, itu terburu-buru masuk ke mobilnya. Bersamanya ada seorang jurnalis asal Jerman, Jurgen Hinzpeter dari stasiun TV ARD-NDR. Mereka hendak menuju Gwangju. Perjalanan yang tampak biasa ini ternyata akan menjadi sebuah episode penting dalam sejarah Korea Selatan sebuah upaya berbahaya untuk membuka kedok rezim militer di hadapan dunia.
Tewasnya Park Chung Hee dan Musim Semi yang Singkat
Tahun 1979 menjadi titik balik bagi Korea Selatan. Park Chung Hee, pemimpin yang berkuasa dengan tangan besi selama 18 tahun, tewas bersimbah darah di kediamannya. Pelakunya justru orang kepercayaannya sendiri: Kim Jae Gyu, kepala badan intelijen KCIA. Peristiwa makan malam yang berakhir tragis itu mengejutkan seluruh negeri.
Di balik tembakan itu, tersimpan alasan yang kompleks. Jae Gyu meski dekat dengan Park sudah lama gerah dengan otoritarianisme absolut sang pemimpin. Konstitusi Yushin 1972 memberi presiden kekuasaan hampir tak terbatas: membubarkan parlemen seenaknya, memberangus pers, menangkap tanpa surat perintah. Tapi ada juga persaingan internal. Cha Ji Cheol, Kepala Pengawal Presiden, disebut-sebut sering memojokkan Jae Gyu di hadapan Park.
Puncaknya ketika Jae Gyu diperintahkan membunuh mantan mentornya di Paris, Kim Hyong Uk, yang membongkar skandal Korea Gate kasus suap kepada anggota Kongres AS. Ditambah lagi keputusan Park untuk menindak keras demonstran di Busan dan Masan yang menuntut demokrasi. "Saya melakukannya untuk demokrasi," begitu alasan Jae Gyu di persidangan, meski motif persaingan dengan Ji Cheol juga tak bisa diabaikan.
Choi Kyu-Hah, yang naik sebagai presiden sementara, sempat memberi harapan. Rakyat mengira akhirnya demokrasi akan segera tiba. Tapi harapan itu ternyata terlalu prematur.
Kudeta 12.12 dan Bangkitnya Chun Doo Hwan
Di balik layar, Choi Kyu-Hah sebenarnya tak punya kendali penuh. Kekuatan sesungguhnya ada di tangan militer, khususnya Menteri Pertahanan Noh Jae Hyun dan Kepala Staf Angkatan Darat Jeong Seung Hwa. Tapi ada aktor lain yang sedang menyusun strategi: Chun Doo Hwan.
Doo Hwan, komandan intelijen militer, punya faksi rahasia bernama Hanahoe jaringan alumni akademi militer yang saling mendukung untuk naik pangkat. Lewat posisinya sebagai kepala penyelidik kematian Park, dia mulai merancang kudeta. Caranya? Menuduh Jeong Seung Hwa terlibat dalam pembunuhan Park, dengan dalih bahwa Jae Gyu sempat menemui Seung Hwa usai menembak presiden.
Seung Hwa sendiri sudah curiga. Dia menunjuk Jang Tae Wan perwira yang dikenal bersih dan anti-Hanahoe untuk memimpin pasukan ibu kota. Tapi rencana Doo Hwan sudah terlambat dihentikan.
Tanggal 12 Desember 1979, kudeta pun dilancarkan. Meskipun kalah jumlah, pasukan Doo Hwan menguasai pos-pos komunikasi strategis. Jang Tae Wan kewalahan. Dalam hitungan jam, Doo Hwan berhasil merebut kendali.
Artikel Terkait
Prabowo Terjun Langsung ke Lokasi Banjir Bandang Tapanuli
Banjir Bandang Sumatra: Kemenhut Bongkar Modus Pencucian Kayu Ilegal di Balik Tumpukan Gelondongan
Presiden Prabowo Blusukan ke Titik Terparah Banjir Sumatra
Doa Semut dan Renungan tentang Kerusakan Alam: Ketika Makhluk Lain Mengadu pada Sang Pencipta