Dunia Maya yang Gelap: Ketika Candaan Meme Jihad Menjadi Pintu Masuk Radikalisme

- Senin, 24 November 2025 | 19:12 WIB
Dunia Maya yang Gelap: Ketika Candaan Meme Jihad Menjadi Pintu Masuk Radikalisme

Baru setelah frekuensinya cocok, dimasukkan doktrin-doktrin kekerasan.

Karena ini JAD, narasi yang dipakai mengikuti pola ISIS. Mulai dari ajaran bahwa demokrasi haram, pemerintah thaghut, sampai pembenaran membunuh. Mereka juga membandingkan agama dengan Pancasila secara langsung.

Mengapa psikologis anak yang dimainkan?

Anak-anak kan lagi masa-masa penasaran dengan hal baru. Aspek psikologis mereka emosi, perilaku, pola pikir mudah distimulasi. Begitu tertarik, diindoktrinasi, lalu dieksploitasi.

Apa yang dimaksud eksploitasi anak dalam fenomena ini?

Kalau sudah sampai tahap eksploitasi, bahaya. Korban bisa diajak melakukan tindak pidana terorisme. Dari 110 anak yang teridentifikasi, ada yang sudah merencanakan penyerangan ke institusi tertentu. Doktrin mereka memang kuat.

Mengapa mudah dan cepat terpapar paham radikal?

Usia 10 sampai 17 tahun memang rentan. Mereka sedang mencari jati diri, mudah diajak, penasaran dengan hal baru. Jaringan teroris memanfaatkan itu. Proses radikalisasi jadi lebih cepat.

Apa nama grup pesan yang digunakan kelompok teror ini untuk mendekati anak?

Mereka suka ganti-ganti nama grup. Pakai diksi yang soft, tidak mencolok. Bisa dua atau tiga hari sekali berganti, supaya tidak ketahuan.

Kami menemukan satu grup di Facebook, yang isinya jokes atau meme lucu yang menyinggung kekerasan dan menjadikan ISIS sebagai candaan. Apakah ini termasuk dalam terkena paparan?

Iya, itu salah satunya. Kami menyebutnya memetic radicalization atau memetic violence. Simbol-simbol seperti itu mudah diingat, dipakai untuk membangun kedekatan dan ketergantungan. Itu bagian dari proses radikalisasi.

(Toni sendiri bilang, meme jihadis-ngisis awalnya dari luar negeri. Lama-lama banyak yang bikin versi Indonesia. Tapi sekarang konten seperti itu sudah sulit dicari karena sensitif. Kebanyakan yang beredar cuma repost atau daur ulang.

Soal memetic violence, Toni berpendapat bahwa penyebaran ide berbahaya bisa lewat mana saja. Masalahnya terletak pada cara audiens menerimanya. Bagi yang sekadar guyonan, ya biasa saja. Tapi bagi yang chronically online dan menyeriusi, bisa jadi pemahaman.)

Kalau nama gimnya apa? Apakah boleh disebut?

Nanti saja. Kami masih menyusun PP Nomor 17 Tahun 2025 bersama Kominfo. Masing-masing platform diberi waktu untuk menyempurnakan sistem keamanan, terutama untuk anak-anak. Peraturan ini baru akan berlaku global sekitar Januari 2026.

Apakah termasuk gim yang arenanya dibuat sendiri oleh penggunannya?

Mereka bisa bikin simulasi sendiri. Bahkan ada yang mengubah narasi atau perangkatnya seolah-olah sedang perang melawan TNI-Polri.

Meskipun jadi medium baru penyebaran paham kekerasan, tapi game dan dunia anak sekarang tak bisa dipisahkan. Selain wadah kreativitas, game juga berdampak pada ekonomi sosial. Bagaimana BNPT melihat ini?

Jangan salahkan game-nya. Justru kita perlu edukasi. Ini PR negara. Makanya dalam sistem peradilan anak, ada proses diversi penyelesaian di luar pengadilan untuk kepentingan terbaik anak. Negara tidak cuma menghukum, tapi juga memulihkan.

Bagaimana komitmen pemerintah dengan penyedia platform untuk membuat ruang aman anak di ruang digital?

Kementerian Kominfo sudah mengeluarkan PP 17 Tahun 2025, yang merupakan amanat UU ITE Nomor 1 Tahun 2024. Kami berkoordinasi dengan platform global seperti Google, TikTok, Telegram, WhatsApp, termasuk penyedia game online.

Contohnya, Roblox berencana menerapkan verifikasi dua langkah: verifikasi wajah dan dokumen ID. Jadi saat anak mau buat akun, sistem akan memeriksa usianya. Jika di bawah umur, akses ditolak. Rencananya, ini akan mulai diterapkan awal 2026.


Halaman:

Komentar