Di sisi lain, rapat koordinasi yang baru saja dijalaninya justru diwarnai dukungan. Beberapa Ketua PWNU yang hadir secara tegas memintanya untuk tetap bertahan.
“Pertama-tama mereka mengatakan tidak mau saya mundur. Jadi mereka itu khawatir saya mundur. Karena mereka dulu memilih saya, mereka akan kecewa kalau saya mundur. Saya katakan saya tidak terbesit sama sekali, karena enggak ada alasan untuk itu,” tuturnya.
“Kedua ya bahwa mereka ingin mengkonsolidasi sendiri lah, ya silakan. Saya hanya menyampaikan penjelasan-penjelasan supaya pemahaman mereka utuh dan tidak hanya dituntun oleh rumor apalagi oleh fitnah-fitnah,” imbuh Gus Yahya.
Adapun isi surat yang beredar, yang ditandatangani oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar pada 20 November 2025, memuat keputusan berdasarkan musyawarah antara Rais Aam dan dua Wakil Rais Aam.
Dalam surat itu disebutkan:
KH Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU.
Jika dalam waktu 3 (tiga) hari tidak mengundurkan diri, Rapat Harian Syuriyah PBNU memutuskan memberhentikan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Artikel Terkait
dr. Tifa Buka Suara soal Pergantian Kuasa Hukum di Tengah Sorotan Media
Reputasi di Ujung Tanduk: Ketika CSR Berubah Jadi Bumerang bagi Korporat
Gempa Dangkal Guncang Parigi Moutong di Pagi Buta
Roy Suryo Cs Dituding Mau Berdamai, Pengkhianatan di Ujung Tangan?