Ahmed Attallah, salah satu pengrajin tembikar senior, membuka suara tentang transformasi drastis yang dialami industri ini. "Sebelum perang, ritme pekerjaan dan produksi kami berjalan lebih cepat, didukung kondisi yang nyaman dan biaya produksi yang terjangkau," ujarnya dengan nada mengenang.
Namun Attallah menegaskan tekad baja yang tak pernah padam. Di tengah segala keterbatasan material dan akses, komitmennya untuk terus mencipta tak pernah surut. "Meskipun kami menghadapi kerusakan infrastruktur dan pengepungan yang ketat, kami akan terus melangkah maju," tegasnya dengan mata berbinar.
Lebih dari Sekadar Profesi: Sebuah Identitas Budaya
Bagi Attallah dan rekan-rekan pengrajin lainnya, tembikar bukan sekadar mata pencaharian. "Ini adalah sejarah yang hidup, peradaban yang nyata, dan warisan leluhur yang harus kami pertahankan," paparnya sambil memperlihatkan gerabah setengah jadi di tangannya.
Kebangkitan industri tembikar Gaza ini menjadi saksi bisu bahwa nilai-nilai budaya mampu bertahan melewati batas-batas konflik. Setiap lekukan pada gerabah yang dibuat hari ini, mengandung cerita tentang keteguhan hati yang tak mudah patah.
Artikel Terkait
Densus 88 Ungkap Modus Baru Perekrutan Anak Lewat Gadget
Gunung Semeru Muntahkan Awan Panas 8,5 Kilometer, Status Siaga Tertinggi Ditetapkan
Indonesia di Persimpangan: Ambisi Global dan Ujian Demokrasi
MK Era Baru: Dari Status Quo Menjadi Mesin Perubahan