Aksi mogok kerja nasional ini dipimpin oleh Serikat Pekerja Starbucks, yang mewakili sekitar 9.000 karyawan. Aksi ini sengaja dilaksanakan pada "Red Cup Day", salah satu hari promosi tahunan Starbucks yang paling ramai dan memiliki volume penjualan tertinggi. Strategi ini dipilih untuk memaksimalkan dampak tekanan terhadap perusahaan.
Serikat pekerja menuduh manajemen Starbucks tidak menjalani proses negosiasi dengan itikad baik. Peringatan juga disampaikan bahwa eskalasi aksi mogok akan terjadi jika tidak ada kemajuan nyata menuju kesepakatan kontrak. Ini merupakan aksi mogok keempat yang dilakukan sejak tahun 2023 dan yang ketiga kalinya terjadi di bawah kepemimpinan perusahaan saat ini.
Ketegangan Hubungan Perburuhan yang Semakin Meningkat
Konflik perburuhan antara Starbucks dan para pekerjanya semakin memanas. Serikat pekerja telah mengajukan lebih dari 1.000 tuduhan terkait praktik perburuhan yang tidak adil kepada perusahaan. Di sisi lain, Dewan Hubungan Perburuhan Nasional juga telah menuduh Starbucks melakukan berbagai taktik yang bersifat anti-serikat pekerja, meskipun tuduhan ini dibantah oleh perusahaan.
Aksi serupa yang terjadi pada tahun lalu berhasil mengganggu acara hari raya yang sama, dengan memaksa puluhan gerai Starbucks untuk ditutup sementara. Ketegangan ini mencerminkan perubahan besar yang terjadi di dalam internal perusahaan dan penolakan yang terus menguat dari para karyawan terhadap berbagai kebijakan tempat kerja yang diterapkan.
Artikel Terkait
Tim SAR Hari Ke-4 Evakuasi Korban Longsor Cilacap, 11 Warga Masih Hilang
Redenominasi Rupiah: Pengaruhnya Terhadap Kepercayaan Investor Asing
Islam Makhachev Juara Ganda UFC: Kalahkan Jack Della Maddalena untuk Sejarah
Korban Bullying di Tangerang Selatan Meninggal Diduga Dipukul Kursi Besi