Sebelum kematiannya, Antatico aktif menyuarakan ketidakberesan melalui media sosial. Dalam sebuah postingan Facebook yang disertai foto, ia menyatakan, “Sampai saat ini, petani belum bisa menggunakannya. Uji coba belum dilakukan. Tentu saja, bagaimana kita bisa melakukan uji coba jika ada bagian-bagian yang tidak tersambung, ada bagian yang rusak dan sudah tertimbun lumpur akibat penghentian proyek."
Sejak unggahan tersebut, ia mengaku kerap menerima ancaman pembunuhan. Sayangnya, ancaman-ancaman ini diabaikan dan dianggapnya hanya candaan belaka. Seorang rekan kerjanya, Percival Batar, mengungkapkan, “Dia kembali memberi tahu kami bahwa dia menerima ancaman pembunuhan lagi, tapi dia hanya tertawa. Kami menganggapnya enteng, mengira itu hanya untuk membungkam, untuk menakut-nakuti.”
Respons NIA dan Tuntutan Investigasi
NIA Wilayah 10 telah mengeluarkan pernyataan yang mengutuk keras pembunuhan terhadap Antatico dan menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga almarhum. Dalam pernyataannya, NIA menegaskan komitmennya terhadap transparansi dan integritas.
"NIA Wilayah Utara Mindanao tidak menoleransi segala bentuk penyimpangan dalam pelaksanaan program dan proyeknya. Kami tetap berkomitmen untuk menegakkan prinsip-prinsip transparansi, integritas, dan akuntabilitas dalam pelayanan publik," bunyi pernyataan resmi NIA.
Pembunuhan ini memicu kemarahan publik dan seruan untuk dilakukan investigasi menyeluruh terhadap praktik korupsi yang diduga kuat melatarbelakangi proyek-proyek pengendalian banjir dan irigasi di Filipina.
Artikel Terkait
6 Alasan Tersembunyi yang Bikin Tokoh Israel Ketakutan Mati-Matiangan pada Turki!
Amerika Kerahkan 10.000 Pasukan, Tanda Invasi ke Venezuela Sudah Dimulai?
Mengerikan! Jasad Warga Palestina Dikembalikan Israel dengan Tanda Eksekusi dan Ikatan di Leher
Netanyahu Guncang Gaza dengan Ancaman Baru, Ini yang Bakal Terjadi!