Militer Israel tidak membantah keberadaan basis data itu, namun menyatakan angka yang dipublikasikan media "tidak benar" tanpa memberikan rincian.
"Angka-angka tersebut tidak mencerminkan data yang tersedia dalam sistem IDF," kata juru bicara militer Israel kepada The Guardian.
Namun, sejumlah mantan pejabat Israel mengonfirmasi adanya pembengkakan angka korban militan dalam pernyataan resmi pemerintah.
"Sama sekali tidak ada hubungan antara angka yang diumumkan dan apa yang sebenarnya terjadi. Itu hanya gertakan besar," ujar Itzhak Brik, pensiunan jenderal Israel.
Mary Kaldor, profesor emeritus di London School of Economics, menyebut pola perang Israel di Gaza mengabaikan hukum humaniter internasional.
"Di Gaza, kita berbicara tentang kampanye pembunuhan yang ditargetkan, alih-alih pertempuran, dan itu dilakukan tanpa mempedulikan warga sipil," katanya.
Perang Gaza dipicu serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang di Israel.
Namun, setelah hampir dua tahun, mayoritas korban justru warga sipil Palestina, sehingga menuai kritik keras dari komunitas internasional.
Sumber: CNBC
Artikel Terkait
Tentara Israel Mundur dari Gaza, Tanda Perang Segera Berakhir atau Hanya Siasat Semata?
Jepang Ultimatum Israel: Hentikan Serangan atau Tokyo Akui Palestina
Hamas Terima Gencatan Senjata, Trump: Hari yang Penting, Semua Akan Diperlakukan Adil
Trump Perintahkan Israel Hentikan Ngebom Gaza