"Saya akan melakukannya jika saya Tom. Saya pikir itu hebat," ujar Trump kepada wartawan, menambah panas tensi antara Washington dan Sacramento.
Sementara itu, demonstrasi di Los Angeles terus berlangsung di luar pusat penahanan federal. Para pengunjuk rasa, sebagian besar keturunan imigran, meneriakkan slogan seperti “bebaskan mereka semua” sambil menuntut dihentikannya razia imigrasi.
“Apa yang terjadi memengaruhi setiap orang Amerika, setiap orang yang ingin hidup bebas, terlepas dari berapa lama keluarga mereka telah tinggal di sini,” kata Marzita Cerrato, seorang imigran generasi pertama yang ikut berunjuk rasa.
Beberapa insiden kekerasan dilaporkan selama protes, termasuk pembakaran kendaraan otonom dan penyerangan terhadap petugas.
Departemen Kepolisian Los Angeles mengonfirmasi lima petugas mengalami luka ringan, sementara beberapa pengunjuk rasa melemparkan beton dan botol ke arah aparat keamanan.
Kepala Polisi Los Angeles Jim McDonnell mengaku belum mendapat pemberitahuan resmi tentang kedatangan Marinir, dan menilai pengerahan pasukan militer akan membawa tantangan logistik dan operasional yang besar.
Trump membela keputusannya, dengan mengatakan bahwa pengerahan militer diperlukan untuk mencegah kekerasan yang semakin tak terkendali.
“Saya merasa tidak punya pilihan,” ujarnya.
Pengerahan pasukan militer di dalam negeri untuk kepentingan keamanan sipil sangat jarang dilakukan. Terakhir kali militer digunakan secara langsung untuk meredam kekacauan sipil adalah saat kerusuhan Los Angeles tahun 1992, ketika Presiden George H.W. Bush menanggapi permintaan Gubernur California saat itu menyusul pembebasan petugas polisi dalam kasus pemukulan Rodney King.
Kini, sejarah seakan berulang, dengan suasana panas yang menyelimuti Los Angeles dan sembilan kota besar lainnya yang ikut melakukan aksi serupa, termasuk New York, San Francisco, dan Philadelphia.
Sementara itu, perdebatan sengit terus berlanjut mengenai sejauh mana kekuasaan eksekutif dapat digunakan untuk merespons krisis domestik tanpa mengorbankan prinsip demokrasi dan kedaulatan negara bagian.
Sumber: RMOL
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
Netanyahu Dituding Gunakan Retorika Holocaust untuk Alat Propaganda, Picu Gelombang Penyangkalan Baru
Prabowo Subianto Puji Kekuatan K-Pop & Kerja Sama Indonesia-Korsel di KTT APEC 2025
Samia Suluhu Hassan Menang Telak di Pemilu 2025: Kemenangan 97% Dihantui Tuduhan Kecurangan dan 700 Korban Jiwa
Viral Momen Sanae Takaichi Geser Kursi Dekati Prabowo di APEC 2025, Apa yang Dibicarakan?