"Komunikasi yang lancar membuat distribusi bantuan jadi lebih tepat sasaran," tambahnya.
Menurut Wisnu, langkah ini bukan cuma sekadar respons darurat. Ini bagian dari strategi jangka panjang mereka untuk mendongkrak transformasi digital di daerah-daerah 3T Tertinggal, Terdepan, Terluar. Banyak lokasi bencana kan ada di daerah terpencil dengan medan ekstrem. Jaringan kabel fiber susah masuk ke sana. Nah, teknologi satelit seperti Starlink ini jadi solusi instan, tanpa perlu nunggu pembangunan infrastruktur fisik yang bisa makan waktu lama.
"Wilayah 3T menghadapi hambatan infrastruktur yang berbeda dari kawasan urban. FiberStar hadir untuk menjembatani kesenjangan digital ini dengan menghadirkan solusi hybrid menggabungkan infrastruktur terrestrial kami dengan teknologi satelit. Dengan dukungan Starlink, konektivitas di daerah terpencil kini bisa hadir jauh lebih cepat," jelas Wisnu.
Ada satu hal lagi yang ditegaskannya. Kehadiran internet di lokasi bencana ternyata punya dampak psikologis yang kuat bagi warga.
"Ketika akses internet hadir, masyarakat di wilayah terdampak tidak lagi merasa terputus dari dunia luar. Mereka mendapatkan kembali rasa aman dan kemampuan untuk mengakses informasi penting," ujarnya.
Pernyataan dari pihak distributor ini jelas jadi penjelasan penting buat publik. Di tengah kabar miring soal korupsi, mereka menegaskan bahwa proses penyaluran di lapangan diawasi ketat. Tujuannya satu: memastikan semua bantuan, baik berupa barang maupun koneksi internet, benar-benar mendarat di tangan orang-orang yang membutuhkan.
Artikel Terkait
Sarah Azhari Ungkap Luka Lama: Direkam Diam-diam Saat Casting, Picu PTSD hingga Hancurkan Keluarga
Verrell Bramasta dan Rompi Taktis yang Picu Badai Kritik di Tengah Banjir
DiCaprio Buka Duka: Boogie Night Jadi Penyesalan Terbesar Kariernya
Kylie Jenner Buka Suara: Derita Tiga Tahun Pasca Melahirkan Akhirnya Terobati