Sejak tahun 1972, penjualan alkohol di ritel dan supermarket memang dilarang pada pukul 14.00–17.00. Namun, amandemen terbaru ini secara eksplisit menyatakan bahwa aktivitas meminum alkohol pada jam-jam terlarang juga dapat dikenai sanksi denda. Beberapa tempat seperti hotel berlisensi, tempat hiburan, kawasan wisata, dan bandara internasional mendapatkan pengecualian.
Dampak pada Industri Restoran Thailand
Aturan baru ini menuai kritik dari pelaku industri restoran. Chanon Koetcharoen, Presiden Asosiasi Restoran Thailand, menyatakan bahwa peraturan ini akan menghambat pertumbuhan industri. Ia memberi contoh, jika pelanggan membeli bir pada pukul 13.59 dan masih meminumnya hingga pukul 14.05, hal itu sudah dianggap melanggar hukum.
Kekhawatiran juga datang dari kawasan wisata seperti Jalan Khao San di Bangkok. Seorang asisten manajer bar yang bernama Bob memperkirakan penjualan alkohol bisa turun hingga 50% selama jam-jam yang dibatasi. Ada pula kekhawatiran bahwa aturan ini berpotensi disalahgunakan pejabat untuk menjatuhkan denda demi keuntungan pribadi.
Pro Kontra Aturan Alkohol Thailand
Taopiphop Limjittrakorn, Anggota Parlemen dari Partai Rakyat, mengkritik aturan ini. Menurutnya, UU yang diamandemen hanya melayani kepentingan kelompok yang menentang alkohol. Ia berpendapat bahwa penjualan alkohol seharusnya diperbolehkan 24 jam. Taopiphop juga menyoroti risiko kebingungan yang mungkin dialami wisatawan asing akibat aturan baru ini.
Dengan diberlakukannya aturan ini, baik penduduk lokal maupun wisatawan yang berkunjung ke Thailand disarankan untuk lebih cermat mematuhi jam dan lokasi yang diperbolehkan untuk mengonsumsi minuman beralkohol guna menghindari denda yang tidak kecil.
Artikel Terkait
Dari Depok ke Pasar Nasional: Kisah La Suntu Tastio Naik Kelas Berkat Rumah BUMN BRI
Rel China Melaju Kencang, Pecahkan Rekor Dunia dengan 50.000 Kilometer Rel
Pendapatan Merdeka Copper Gold Anjlok, Tapi Laba Justru Melonjak
Investor Asing Borong Saham dan SRBI, Tapi Lari dari SBN di Akhir 2025