BEI memproyeksikan cost to income ratio sebesar 80,5 persen, yang lebih rendah dari rata-rata lima tahun terakhir sebesar 81,3 persen. Laba sebelum pajak diproyeksikan naik 16,3 persen menjadi Rp 379,13 miliar, sedangkan laba bersih diperkirakan tumbuh 18 persen menjadi sekitar Rp 300,8 miliar.
Total aset BEI diperkirakan meningkat 4,56 persen menjadi Rp 7,49 triliun, dengan total ekuitas naik 4,54 persen ke Rp 6,41 triliun. Kas dan setara kas pada 2026 diproyeksikan mencapai Rp 3,41 triliun.
Untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun 2026, BEI mengalokasikan Rp 331,4 miliar. Angka ini turun 18,7 persen dari tahun 2025 karena sebagian besar investasi untuk pengembangan sistem perdagangan dan pengawasan pasar telah dilakukan pada tahun 2025. Komponen capex utama meliputi Program Sistem Perdagangan dan Pengawasan Pasar (PSPP) serta pembelian gedung kantor pusat.
Fokus Strategis BEI ke Depan
Pada tahun mendatang, BEI akan fokus pada beberapa hal strategis, termasuk:
- Peningkatan likuiditas perdagangan
- Perlindungan investor
- Penguatan layanan data dan informasi pasar
- Penyempurnaan sistem teknologi bursa
Selain itu, BEI berencana untuk menjadi Penyelenggara Pasar Alternatif (PPA) dengan peran sebagai Penyedia Electronic Trading Platform (ETP) Antarpasar. Untuk mendukung rencana ini, BEI telah mengajukan penyesuaian Anggaran Dasar Perseroan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Artikel Terkait
Intikeramik (IKAI) Pacu Kinerja, Laba Kotor 2025 Tembus Rp71,8 Miliar
Petrosea Garap Sektor Kesehatan, Dirikan Anak Usaha KIMS
Duka Pedagang Kalibata: Kios Hangus, Roda Ekonomi Terhenti Usai Kericuhan
Ekonomi Indonesia di Bawah Prabowo: IHSG Tembus Rekor, Pertumbuhan Menggeliat