Rupiah Tersandera Bencana dan Tarif AS di Akhir Tahun

- Rabu, 24 Desember 2025 | 10:42 WIB
Rupiah Tersandera Bencana dan Tarif AS di Akhir Tahun

Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada Rabu pagi (24/12), melanjutkan tren pelemahan. Melemahnya mata uang nasional ini tak lepas dari dua hal: negosiasi tarif dengan AS yang masih berlarut-larut dan dampak dari bencana alam yang melanda Sumatera.

Berdasarkan pantauan Bloomberg, sekitar pukul 08.50 WIB, rupiah tercatat melemah 10 poin (0,06%) ke level Rp 16.787 per dolar AS. Pelemahan ini mungkin terlihat tipis, tapi cukup mencerminkan sentimen pasar yang sedang waspada.

Pengamat Pasar Uang dari Investindo, Ariston Tjendra, mengonfirmasi hal itu. Menurutnya, ada beberapa beban yang sedang dipikul rupiah.

"Rupiah juga mendapatkan sentimen negatif dari perundingan tarif impor AS yang masih belum selesai," ujar Ariston, Rabu (24/12).

"Bencana banjir di berbagai daerah di Indonesia juga turut memberikan sentimen negatif ke rupiah karena bencana ini menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia," tambahnya.

Di sisi lain, Ariston menilai pelemahan ini sulit dihindari. Kebijakan moneter dan fiskal Indonesia yang cenderung longgar disebut ikut memberi andil dalam tekanan terhadap rupiah.

Pandangan serupa datang dari analis Traderindo, Wahyu Laksono. Ia melihat sentimen global sedang dalam mode 'wait and see', menunggu sejumlah data ekonomi kunci dari AS. Kondisi geopolitik dan perdagangan global yang belum stabil juga memberi tekanan ekstra pada mata uang negara berkembang, termasuk kita.

Tapi, ada faktor musiman yang juga berperan. Wahyu mengingatkan bahwa pelemahan di akhir tahun seperti ini sebenarnya punya pola historis.


Halaman:

Komentar