Pasar saham kita kemungkinan bakal sepi di pekan pendek ini. IHSG, yang pekan lalu ditutup anjlok 0,59 persen ke level 8.609, tampaknya belum punya energi untuk bangkit dalam waktu dekat. David Kurniawan, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, bilang kondisi ini wajar aja sih. Menurutnya, ada campur aduk sentimen lokal dan global yang bikin investor memilih untuk nunggu dan lihat.
“Sentimen-sentimen tersebut membuat pergerakan IHSG sedikit lesu,”
Ujarnya dalam riset yang dirilis Senin (22/12/2025). Dia merinci, angka pengangguran AS yang naik ke 4,6 persen bikin khawatir. Belum lagi keputusan Bank of Japan yang menaikkan suku bunganya ke level tertinggi sejak 1995. Di dalam negeri, BI memilih bertahan dengan suku bunga 4,75 persen. Kombinasi berita ini, di tengah suasana jelang akhir tahun, memang bikin pasar kurang bergairah.
Apalagi, perdagangan pekan ini cuma berlangsung tiga hari, dari 22 sampai 24 Desember, karena libur Natal. Waktu yang singkat ini biasanya juga mempengaruhi likuiditas.
Namun begitu, ada satu hal yang menurut David perlu dicermati lebih dalam. Isu tentang Framework Agreement antara Amerika Serikat dan Indonesia yang dikabarkan terancam batal. Beberapa media internasional memberitakan adanya potensi kegagalan karena Indonesia dianggap menarik komitmen. Kalau ini benar-benar terjadi, dampaknya ke pasar bisa signifikan.
Artikel Terkait
ELPI Kantongi Kontrak Rp2,39 Triliun untuk Dukung Proyek FLNG Genting
Bank Mandiri Gelontorkan Dividen Interim Rp 9,3 Triliun di Awal 2026
PANI Terjun Usai Rights Issue, Tapi Pintu MSCI Sudah Terbuka
Harga Sembako Masih Mengganjal di Pasar Jakarta Timur Jelang Nataru