Emas Siap Cetak Rekor Baru, Dipacu Ketegangan Timur Tengah dan Venezuela

- Minggu, 21 Desember 2025 | 14:15 WIB
Emas Siap Cetak Rekor Baru, Dipacu Ketegangan Timur Tengah dan Venezuela

Semua ini tentu tak lepas dari pergerakan rupiah yang masih fluktuatif. Diproyeksikan masih berkutat di rentang Rp16.680 sampai Rp16.820 per dolar AS. Gerakannya sejalan dengan indeks dolar AS (DXY) yang ditutup di 98,695, setelah sempat berayun antara 98,142 dan 99,240.

Semua mata, sejujurnya, tertuju ke kebijakan The Fed. Meski data tenaga kerja memberi sinyal potensi turunnya suku bunga pada Januari, banyak ekonom masih bersikap hati-hati. Soalnya, penutupan pemerintahan AS yang berlangsung 43 hari terakhir bikin data-data krusial macam inflasi dan pengangguran jadi agak kacau.

Namun begitu, faktor moneter bukan satu-satunya pendorong. Geopolitik justru jadi booster utama buat emas sebagai safe haven. Lihat saja Amerika Latin. Ketegangan memanas setelah Presiden Donald Trump menyatakan kesiapan intervensi terhadap pemerintahan Maduro di Venezuela, ditandai dengan penangkapan kapal tanker minyak kedua. Situasi ini bukan cuma bikin politik regional panas, tapi juga berpotensi mengacaukan produksi minyak dunia yang mencapai 1,1 juta barel per hari.

Tapi sentimen paling krusial, yang dipercaya bakal mendongkrak emas ke rekor, justru datang dari Timur Tengah. Fokus Israel kini bergeser dari isu reaktor nuklir ke program rudal balistik supersonik Iran yang dianggap mengancam.

Rencana invasi militer baru Israel ke Iran yang katanya sedang dikomunikasikan dengan Presiden Trump bisa jadi katalis utama. Inilah pemicu yang diprediksi bakal melambungkan harga emas dunia melampaui USD4.415 dalam waktu dekat.

Jadi, bayangkan saja kombinasi yang ada: ketidakpastian moneter AS, krisis di Venezuela, perang berkepanjangan di Eropa, plus ancaman konflik besar di Timur Tengah. Semuanya menciptakan landasan yang kuat sekali bagi emas untuk bersinar sebagai instrumen lindung nilai di penghujung 2025.


Halaman:

Komentar