Di tengah sorotan global terhadap industri ekstraktif, Harita Nickel di Pulau Obi justru menancapkan komitmennya pada praktik yang lebih terbuka dan bertanggung jawab. Mereka tak cuma bicara soal produksi, tapi juga soal transparansi dan keselamatan yang jadi tulang punggung operasional mereka. Hal ini rupanya sejalan dengan tuntutan zaman, di mana standar tata kelola pertambangan yang berkelanjutan kian ketat.
Dan upaya itu tak luput dari perhatian. Kamis lalu (18/12), di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Harita Nickel menerima penghargaan Impact in Accountable Nickel Mining dalam ajang Kumparan Awards Impact Makers 2026. Penghargaan ini bukan datang begitu saja, melainkan buah dari konsistensi mereka dalam membangun rantai operasional yang transparan, aman, dan yang paling penting bisa dipertanggungjawabkan.
Bagi perusahaan, apresiasi ini lebih dari sekadar piala. Ini adalah pengakuan bahwa akuntabilitas adalah fondasi yang tak bisa ditawar. Sebuah upaya untuk menyeimbangkan antara desakan produksi dengan tanggung jawab nyata terhadap keselamatan pekerja, kelestarian lingkungan, dan tata kelola yang baik.
“Penghargaan Impact in Accountable Nickel Mining bagi Harita Nickel merupakan bagian dari mewujudkan upaya praktik pertambangan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan,”
jelas Retno Dewi Handayani S, Environmental Green Mining Manager Harita Nickel.
Lantas, bagaimana wujud komitmen itu di lapangan? Langkah-langkah konkretnya beragam, mulai dari kepatuhan regulasi yang ketat, sistem pengawasan internal yang diperkuat, hingga mekanisme pelaporan terstruktur yang mudah ditelusuri. Mereka juga tak sungkan melakukan evaluasi berkala, memastikan semua proses tak melenceng dari standar yang sudah ditetapkan.
Namun begitu, komitmen mereka tak berhenti di situ. Hal lain yang cukup mencolok adalah keterlibatan Harita Nickel dalam audit sukarela berstandar global melalui Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA). Prosesnya cukup komprehensif, melibatkan penilaian independen yang menyentuh banyak aspek: tata kelola perusahaan, keselamatan kerja, dampak lingkungan, hingga penghormatan pada HAM dan masyarakat sekitar.
Artikel Terkait
Dony Oskaria: 15.000 Huntara Segera Dibangun untuk Korban Bencana
Delapan Blok Migas Segara Dilelang Pekan Depan
IHSG Tersungkur, Saham Baru PJHB Anjlok 35% di Pekan Suram
Bank Mandiri Gelar Reshuffle Besar-besaran, Zulkifli Zaini Gantikan Kuswiyoto