Di balik semua rencana strategis ini, tentu ada harapan untuk memperbaiki kinerja keuangan. Kedatangan GPS diharapkan bisa mendongkrak performa WMUU. Situasi ini makin didukung oleh penyelesaian proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dengan seluruh kreditur, yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap dari Mahkamah Agung.
Pasca-PKPU, perusahaan bakal menjalankan sejumlah inisiatif. Fokusnya pada efisiensi operasional dan peningkatan utilisasi fasilitas produksi yang ada.
"Upaya tersebut ditempuh melalui optimalisasi penggunaan kas perseroan serta menjalin kerja sama dengan berbagai mitra strategis guna memperkuat stabilitas dan keberlanjutan operasional dalam penyediaan protein hewani," pungkas Ali.
Lalu, bagaimana kondisi keuangannya saat ini? Sepanjang sembilan bulan pertama 2025, WMUU membukukan penjualan neto yang melonjak ke angka Rp506 miliar. Angka ini jauh lebih baik dibanding periode sama tahun lalu yang hanya Rp239 miliar.
Namun begitu, kabar buruknya, perusahaan masih terperosok di zona merah. Mereka mencatatkan rugi bersih Rp69,6 miliar pada periode Januari-September 2025. Meski begitu, ini sebenarnya sudah ada perbaikan. Sebab, di periode yang sama tahun 2024, kerugiannya bahkan lebih dalam, mencapai Rp101,5 miliar.
Artikel Terkait
Dolar AS Terseok di Asia, Pasar Menanti Data Ketenagakerjaan dan Sinyal Bank Sentral
Harga Emas Antam Stagnan di Rp 2,46 Juta per Gram
IHSG Melaju Sendirian di Tengah Kemelut Pasar Asia
Bluebird Siapkan 25 Ribu Armada Hadapi Lonjakan Libur Akhir Tahun